Takutnya temen temen sekalian rada rada bingung bacanya, karena memang sengaja untuk dibuat bingung. haha
supaya anda membaca lebih teliti. :D
maka saya sediakan link downloadnya..
diantara bacaann itu. silahkan cari, dengan cara membacanya terlebih dahulu.
A. ANGGREK
I. Klasifikasi dan Morfologi
a. Klasifikasi
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Familia : Orchidaceae
Genus : Phalaenopsis
Species : Phalaenopsis amabilis
b. Morfologi
Anggrek bulan termasuk anggrek epifit monopodial yang tumbuh menjuntai. Batangnya sangat pendek dan terbungkus oleh seludang daun. Daunnya berjumlah kurang dari 5 helai, berwarna hijau, tebal, berdaging, berbentuk lonjong bulat telur sungsang atau jorong, melebar di bagian ujungnya, berujung tumpul, atau sedikit meruncing, dengan panjang 20-30 cm dan lebar 5-8 cm. Akar-akarnya berbentuk bulat memanjang serta berdaging, bercabang, berwarna putih dan hijau di bagian ujungnya. Bunga tersusun dalam tandan dan kadang-kadang bercabang dengan panjang karangan bunga mencapai 50 cm yang tumbuh menjuntai. Setiap tangkai mendukung 10-12 kuntum bunga dengan daun penumpu 5 mm berbentuk segitiga. Bunganya cukup harum dan waktu mekarnya lama. Perhiasan bunga tersusun membulat, dengan diameter 6-10 cm atau lebih, dan mahkotanya bertumpang tindih dengan kelopak tersusun membundar. Warna bunga putih bersih dengan sedikit variasi kuning dan bintik kemerahan di bibir bunga. Bibir kedua cuping sampingnya tegak melebar dan bagian tepi depannya berwarna kuning dengan garis kemerahan. Buah berbentuk bulat lonjong, berukuran 7,5 x 1,3 cm.
Bila Phalaenopsis kita berbuah, maka distribusi makanan di gunakan untuk pembentukan buah. Jangan heran bila pada saat anggrek kita berbuah, tanaman akan lambat pertumbuhanya. Merawat anggrek yang berbuah seperti merawat anggrek berbunga. Gunaka nutrisi yang mengandung 'P dan K' bila biji anggrek ingin di tanam, dan potong buahnya bila kita tidak membutuhkanya.
II. Sejarah Penamaan
Jenis Phalaenopsis yang pertama kali ditemukan adalah Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. di Ambon (Maluku) pada tahun 1750. Dalam buku Herbarium Amboinense 6:99, Rumphius memberi nama jenis anggrek ini sebagai Angraecum album-majus. Di waktu yang bersamaan, pada tahun 1752, Peter Osbeck membawa spesimen jenis yang sama dari Jawa Barat dan diidentifikasi oleh Linnaeus sebagai Epidendrum amabile, seperti diterbitkan dalam Species Plantarum (1753), tanpa mengetahui publikasi yang terdahulu dari Rumphius. Pada tahun 1814, Roxburg juga mengidentifikasi jenis ini sebagai Cymbidium amabile. Namun pada tahun 1825 Blume memasukkan tumbuhan ini ke dalam marga Phalaenopsis dan diberi nama Phalaenopsis amabilis, seperti dipublikasikan dalam “Bijdragen (p.294)”. Nama tersebut disepakati oleh para ahli taksonomi sebagai nama yang valid dan dipakai hingga sekarang.
III. Habitat dan Persebaran
Anggrek ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga pegunungan dan umumnya hidup pada ketinggian 50-600 m dpl, namun kadang kala dapat berkembang dengan baik pada ketinggian 700-1.100 m dpl. Tanaman ini tumbuh epifit atau menempel di pohon-pohon yang cukup rindang dan menyukai tempat-tempat yang teduh serta lembap, terutama di hutan basah dengan curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun. Walau tumbuh di daerah tropis, tetapi anggrek ini membutuhkan sedikit cahaya matahari (12.000-20.000 lux) sebagai penunjang hidupnya, karena tidak tahan terhadap sengatan matahari langsung. Kelembapan udara yang diperlukan ratarata 70-80% dengan suhu udara hangat di bawah 290C. Anggrek ini tersebar luas di Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Indonesia, Filipina, hingga Papua Nugini dan Australia.
Phalaenopsis bisa ditanam dalam pot atau ditempelkan pada batang pohon, lempengan pakis, maupun kepingan kayu. Pot yang digunakan bisa berupa pot tanah liat atau pot plastik dengan memodifikasi media tumbuhnya. Pada prinsipnya, anggrek memerlukan kelembapan tinggi, namun tidak menyukai kadar air yang berlebihan. Sirkulasi udara juga harus lancar agar tidak timbul penyakit. Pot harus diberi lubang pada bagian bawah dan samping agar tidak ada air yang tersimpan. Media yang digunakan dapat berupa pecahan genting, arang, dan cacahan pakis. Media tersebut hanya digunakan untuk tempat menempel dan membantu berdirinya tanaman, sedangkan nutrisi diperoleh dari pemupukan yang dilakukan dengan cara penyemprotan. Teknik pemberian pupuk cair yang dialirkan dalam talang ke pot-pot berisi Phalaenopsis seperti sistem hidroponik, cukup baik hasilnya.
Anggrek ini memiliki karakter tumbuh monopodial, sehingga tidak menghasilkan anakan ke samping. Dalam hal ini, perbanyakan Phalaenopsis akan lebih efektif jika dilakukan secara generatif daripada vegetatif. Proses perkecambahan biji dilakukan di laboratorium, yaitu dalam media agar-agar buatan yang dilakukan secara steril. Biji anggrek kecil berupa serbuk tidak memiliki cadangan makanan (endosperm), sehingga perlu dibantu dengan penambahan unsur hara makro, mikro, vitamin, dan gula yang diperlukan untuk perkecambahan. Unsur hara paling sederhana yang dapat digunakan untuk mengecambahkan biji anggrek adalah pupuk daun Hyponex, namun secara umum media anggrek standar yang banyak digunakan adalah Vacin & Went dan Knudson C. Media tersebut dapat dimodifikasi dengan penambahan bahan organik seperti air kelapa, tomat, tauge, kentang, atau ubi.
IV. Manfaat
Gambar 2. Bunga Anggrek Hibrida
Bunga anggrek sangat mudah di silangkan, baik secara alami maupun bantuan manusia. Sampai saat ini telah banyak silangan yang telah dihasilkan oleh manusia di muka bumi ini. Anggrek hasil silangan tersebut dikenal sebagai anggrek hibrida.
Hibrida Phalaenopsis, pemanfaatannya lebih banyak untuk tanaman pot (pot plant) yang diciptakan sesuai dengan selera konsumen, baik dari segi warna, ukuran, maupun bentuk bunganya. Sampai saat ini, sudah banyak hibrida Phalaenopsis yang dihasilkan baik melalui persilangan antar spesies (interspecific hybrid) maupun antar genera (intergeneric hybrid).
A. KENANGA
I. Klasifikasi dan Morfologi
a. Klasifikasi
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Familia : Annonaceae
Genus : Cananga
Species : Cananga odorata (Lamk.) Hook
b. Morfologi
Tumbuhan ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 30-35m atau bahkan lebih pada spesies liarnya (14-20m pada spesies genuina, dan 15-35m pada spesies macrophilla). Batangnya berwarna kelabu. Daun tumbuhan ini berwarna hijau dan tersusun berselang-seling serta berbentuk eliptikal berukuran 7-23 cm panjang dan 4-10 cm lebar. Tumbuhan ini juga mempunyai bunga berwarna kuning kehijauan yang wangi serta mempunyai 6 kelopak.
Bunga :
Gambar 3. Bunga Kenanga
Bunganya berbentuk “bintang” majemuk, pendek, menggantung dan berwarna hijau ketika masih muda, dan menjadi kuning setelah masak. Bunganya memancarkan aroma harum. Bunga itu muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon, dengan susunan yang khas. Mahkota bunga umumnya berjumlah 6, namun terkadang berjumlah 8 atau 9, berdaging, terlepas satu sama lainnya, dan tersusun dalam 2 lingkaran yang masing-masing biasanya berjumlah 3. Benang sarinya banyak, dan ruang tempat sari berhubungan terdapat di ujung tangkai sari, berbentuk memanjang dan tertutup, berwarna cokelat muda. Jumlah bakal buah sekitar 7 – 15. Kepala putik berbentuk tombol.
Batang :
Batang dari tumbuhan ini lurus dan kuat, dengan cabang lateral. Batang utama dari tanaman ini panjang dan kulit batangnya berwarna abu-abu keputihan
Daun :
Gambar 4. Daun Kenanga
Daunnya berbentuk lonjong berwarna hijau tua, tersusun berselang-seling, dengan ukuran helai daun mencapai 8-20cm x 5-10cm, dan petiola yang berukuran ±1,3cm. Bagian tepi daun berbentuk keriting atau berombak dan bagian pangkal daun berbentuk membulat.
Buah :
Gambar 5. Buah Kenanga
Buah berwarna hijau kehitaman, dengan diameter 1,5-2,5cm, tersusun dari 6-12 buah tiap tangkainya, dengan daging buah yang tebal, dan memiliki 6-12 biji yang kecil dan berwarna coklat muda.
Biji :
Biji buah ini berwarna coklat muda, kecil, berukuran 6-7mm x 4-5mm, berbentuk pipih, dengan permukaan biji yang keras. Biji kenanga sekitar 8 – 12 per buah tersusun dalam dua baris.
I. Daerah Asal dan Penyebaran
Tanaman Kenanga tersebar dari Burma sampai Australia bagian Utara, juga di India dan pulau-pulau di Pasifik sampai ke Hawaii. C. odorata diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. C. odorata (famili Anonaceae) diduga berasal dari Maluku dan Filipina.
II. Habitat
Kenanga dapat tumbuh baik di seluruh Indonesia dengan ketinggian tempat di bawah 1200 m dpl (Sunanto, 1993). Pohon ini akan berbunga lebat, jika tumbuh di dataran rendah yang beriklim panas dan lembab, dengan ketinggian antara 20 – 700 m dpl (Nasution dan Sastrapradja, 1977). Curah hujan yang dibutuhkan berkisar antara 250-4000 mm/tahun dengan bulan kering mencapai 4 bulan. Sedangkan suhu rata-rata yang dibutuhkan tanaman ini berkisar antara 10-35°C, yang optimum 18-25°C. Dalam Yusuf dan Sinohin (1999) disebutkan bahwa kenanga tumbuh di daerah dengan curah hujan (650)1500-2000 (- 4000) mm dan suhu rata-rata tahunan 21-27 °C. Di Jawa, pohon ini tumbuh berkelompok di hutan-hutan lembab dan hutan jati. Di Papua New Guinea, kenanga tumbuh di tempat dengan ketinggian hingga 800 m dpl.
Pengamatan lapang menunjukkan bahwa kenanga bisa bertoleransi terhadap kondisi kering (curah hujan < 40 mm) dalam periode pendek, selama kurang dari 2 bulan. Tanaman ini juga mampu tumbuh pada kondisi tergenang selama beberapa waktu, namun pada kondisi rawa permanen pertumbuhannya akan terganggu. Selain itu, kenanga tidak menyukai tanah berkadar garam dan alkalin tinggi. Sunanto (1993) menyebutkan kenanga dapat tumbuh lebih baik jika kondisi tanahnya subur, terutama tanah jenis alluvial (Entisol / Inceptisol). Bentuk toleransi lain dari tanaman ini adalah kenanga dapat tumbuh pada tanah dangkal dan tidak subur, serta berada pada naungan sedang. Kenanga tumbuh paling baik pada penyinaran matahari penuh.
Tanah yang baik untuk pengembangan kenanga adalah tanah yang aerasinya baik dan solumnya dalam, tanpa lapisan batu atau padas. Hal ini penting karena tanaman tersebut memiliki perakaran yang dalam. Di Nossi Be (dekat Madagaskar), produksi dan mutu minyak kenanga yang terbaik diperoleh dari tanaman yang diusahakan pada tanah liat berpasir atau tanah vulkanik yang aerasinya baik.
III. Manfaat
Kulit batang kenanga menunjukan adanya alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid. Dalam abu ditemukan adanya kalium, kalsium, natrium dan magnesium, batangnya berwarna kelabu. Kenanga dijadikan sebagai sumber minyak atsiri untuk mewangian, kenanga juga menghasilkan kayu, yang berukuran besar dijadikan peti mati atau perkakas rumah. Kulit kayunya dapat dimanfaatkan sebagai serat untuk tali (di daerah-daerah Indonesia Timur), Bunga Kenanga dapat digunakan juga sebagai penghias dekorasi pada acara perayaan. Manfaat lain untuk aroma terapi yang efektif untuk melenyapkan bau badan yang sangat mengganggu. Bunga Canangium odoratum berkhasiat sebagai obat nyeri haid, di samping itu bunganya untuk bahan kosmetika.
Di Jawa dan Bali, kenanga diperdagangkan oleh penduduk setempat sebagai bunga rampai dan bunga tabur yang digunakan dalam upacara-upacara keagamaan. Selain itu kenanga juga dikenal sebagai tanaman obat, daun sebagai obat gatal (Burkill, 1935), bunga kering untuk obat malaria (Heyne, 1987); bunga segar untuk aroma terapi, serta kulit batang sebagai obat koreng. Minyak atsiri yang terkandung dalam bunga kenanga digunakan sebagai bahan minyak wangi. Minyak kenanga mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi di pasaran dunia. Selain bernilai ekonomis, pohon kenanga juga bernilai ekologis, dimana pohon ini dapat digunakan untuk stabilitas lereng karena tipe perakarannya yang kuat dan dalam.
Pohon kenanga umumnya diusahakan sebagai tanaman pekarangan atau tanaman tumpangsari. Di Boyolali, Blitar dan Pasuruan, kenanga ditanam secara tidak teratur di pekarangan-pekarangan rumah. Sedangkan di Cirebon dan Banten, dipelihara sebagai tanaman tumpang sari di antara pohon buah-buahan dan kelapa (Nasution dan Sastrapradja, 1975).
B. CEMPAKA
I. Klasifikasi dan Morfologi
a. Klasifikasi
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Familia : Magnoliaceae
Genus : Michelia
Species : Michelia champaca
Gambar 6. Bunga Cempaka
b. Morfologi
Cempaka atau Michelia Champaka Linn adalah sejenis pohon berkayu yang memiliki tinggi rata-rata 30 meter.
Daun Cempaka berbentuk telur taji. Bagian bawah daun yang hijau itu terdapat bulu halus. Tiap kuncup daun dilindungi oleh 2 daun pelindung. Untuk bunga, warnanya putih, kuning, atau merah. Bentuknya seperti bunga Tulip. Buahnya ternyata enak untuk dimakan. Dalam pertumbuhannya, buah menjadi bulir panjang yang terdiri atas buah kecil- kecil berbentuk jantung. Biji dalam buah itu rasanya pahit. Kayunya sangat bagus untuk digunakan sebagai bagian dari bangunan rumah. Hanya saja, belum banyak orang yang menggunakan kayu Cempaka untuk kebutuhan tersebut.
Gambar 7. Buah Cempaka
Kulit kayunya berwarna coklat. Jika dibelah, warnanya kuning muda dan mudah terpecah. Bila dirasakan, kayu Cempaka terasa pahit dan agak wangi. Sedangkan, untuk kulit akarnya, warnanya merah, rasanya pahit, dan sangat tajam. Di dalam kulit dan daunnya, terdapat kandungan alkaloida dan zat samak. Kulit kayu dan akarnya juga mengandung damar. Asam damar juga terdapat pada bijinya, selain kandungan olein. Bunganya yang harum itu, terdapat minyak terbang (cheraniol, linalol, methuleugenol, asam benzoe, nerol, dan methulaethulazijnzuur).
II. Daerah Asal dan Penyebaran
Konon, tumbuhan ini berasal dari India dan banyak tersebar di Asia Tenggara dan Asia Timur, Selatan Sumatera: seputaran Lampung Barat, Jawa, Bali. Agen Penyebar biji diantaranya Burung Frugivora dan Beo. Burung-burung ini yang mampu menjelajahi hutan-hutan, berkunjung ke kebun, bekas hutan, hutan yang pernah terbakar membantu menyemaikannya yang kemudian diserahkan kepada alam untuk melanjutkan prosesnya. Ada yang berhasil tumbuh, ada pula yang tidak. Namun yang berhasil akan menjadi calon pohon induk yang akan berbaik hati dengan beo untuk menikmati bijinya. Proses alam terus berlangsung ada atau tanpa campur tangan manusia.
III. Habitat dan Tempat Tumbuh
Michelia champaca, nama yang cantik untuk sebatang pohon. Di hutan, tanaman ini termasuk pohon yang cukup tinggi. Cempaka tumbuh di tanah yang subur pada ketinggian hingga 1500 m dpl.
Gambar 8. Pohon Cempaka
IV. Manfaat
Di Jawa, umumnya dikenal ada dua jenis Cempaka, yaitu Cempaka putih dan kuning. Cempaka putih dibudidayakan untuk diambil bunganya. Biasanya, Cempaka putih ini untuk campuran sesajian atau wewangian lain. Wewangian itu dihasilkan dari ekstrak minyak asiri bunga, daun, dan kayu Cempaka. Kulit kayunya bermanfaat untuk obat demam. Jenis Cempaka yang kuning ini lebih dikenal sebagai kantil. Hampir semua bagian tumbuhannya berguna, yaitu akar, batang, kulit kayu, daun, bunga, buah, dan bijinya. Kulit kayunya terasa pahit dan berkhasiat untuk obat kuat, febrifugum, dan tonikum. Untuk kulit akarnya, bisa digunakan bagi perbaikan menstruasi, bersifat abortivum dalam mempercepat keluarnya uri atau plasenta. Daunnya, bila direbus dan ditambah madu, bisa digunakan untuk obat cacing, reumatik, tenggorokan, obat kumur, dan angina. Bila napas berbau (halitosis), rebusan daunnya juga bisa digunakan. Bunga kantil sangat harum. Di samping sebagai penghias rambut, Cempaka kuning ini bermanfaat untuk minyak wangi atau aromatikum, kosmetik, dan upacara keagamaan.
Selain itu, banyak juga orang yang menggunakannya untuk obat kuat, perangsang, dan diuretik. Minyaknya bisa untuk salep dan minyak rambut. Bagian kuncup bunganya juga kerap dimanfaatkan untuk obat penyakit raja singa (gonore uretritis) bila direbus dengan kelapa muda. Sedangkan, untuk bijinya yang dicampur dengan jahe, dapat dipakai sebagai obat demam pada anak-anak. Untuk menyapih anak dari ASI, biji kantil dihaluskan dan diletakkan di dada.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.flickr.com/photos/kmatsalleh/2351990374/
http://tanamanobat.org/433/kenanga/
http://pohoncempaka.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Cempaka
http://noonathome.wordpress.com/2008/03/13/cempaka-berbagi-untuk-dirinya-beo-dan-manusia/
http://zulaikha1988.blogspot.com/2009/07/motif-bunga-cempaka-putih.html
http://toiusd.multiply.com/journal/item/156/Cananga_odorata
http://id.wikipedia.org/wiki/Michelia
http://alamendah.wordpress.com/2010/04/23/anggrek-bulan-puspa-pesona-indonesia/
http://shiemarin.wordpress.com/2011/03/16/anggrek-bulan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggrek_bulan
http://bdm-208.blog.friendster.com/2005/05/cara-menanam-merawat-anggrek/
http://www.candiorchid.co.cc/2010/08/merawat-anggrek-part-4-phalaenopsis.html
http://bungakuanggrek.blogspot.com/2010/10/bunga-anggrek-macam-macam-bunga-yang.html
http://bunga354.blogspot.com/
http://blog.beswandjarum.com/muhanugrah/2009/09/03/perbanyakan-tanaman-anggrek/
http://id.wikipedia.org/wiki/Orchidaceae
http://www.florabiz.net/budidaya/yuuk-budidaya-tanaman-anggrek.html
http://postberita.com/opinipublik/589-sejarah-dan-asal-usul-anggrek
http://www.plantamor.com/index.php?plant=258
http://id.wikipedia.org/wiki/Kenanga
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-054.pdf
http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_canangium_odoratum.pdf
http://tani-sukses.blogspot.com/2010/02/budidaya-kenanga.html
http://images.toiusd.multiply.multiplycontent.com/journal?&page_start=80
http://www.situshijau.co.id/tulisan.php?act=detail&id=26&id_kolom=2
http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-kenanga/titut-yulistyarini-dkk/
http://www.plantamor.com/index.php?plant=1969
http://www.plantamor.com/index.php?plant=844
http://www.plantamor.com/index.php?plant=846
http://www.plantamor.com/index.php?plant=845
http://www.plantamor.com/index.php?plant=1952
http://staff.blog.ui.ac.id/taqyudin/index.php/category/tropical-tree/
http://staff.blog.ui.ac.id/taqyudin/index.php/2009/03/20/
bunga-cempaka-michelia-champaca/
buat download pptnya silahkan download dibawah ini :
download disini
karena saya sangat baik hati sekali. :D
maka saya sediakan makalahnya pula.
Klik disini
Selengkapnya...