BLOG INI MILIK MUHAMMAD SALMAN UMAR IMANI - MAHASISWA AGROTEKNOLOGI - FAKULTAS PERTANIAN - UNIVERSITAS PADJADJARAN Dokter Tanaman: Problem Base Learning
Nematoda mati pada suhu 45 derajat celcius##Plutella xylostella menyerang daun kubis- kubisan, sedangkan Crocodolomia pavonana menyerang Crop kubis## Kemunduran Benih Meningkat Sejalan Dengan Meningkatnya Kadar Air Benih ## protektan mencegah masuknya penyakit yang masih diluar benih agar tidak masuk kedalam benih, desinfektan mencegah penyakit yang sudah menempel dibenih agar tidak masuk kedalam benih, desinfektan mengobati benih yang telah terinfeksi oleh penyakit##

Jumat, 08 April 2011

Problem Base Learning

Problem 8:
Sebagai seorang konsultan di suatu perusahaan suplier kentang, anda menemukan bahwa di musim penghujan ini banyak tanaman kentang yang daunnya busuk kehitaman terutama dimulai dari pucuk. Pada tanaman yang siap panen pun ternyata umbi kentangnya tampak membusuk kehitaman. Mengingat perusahaan anda juga memasok hipermarket yang memberlakukan standar residu pestisida yang ketat, maka anda harus bijaksana dalam memberikan rekomendasi pengendalian. Hal-hal apa saja yang harus anda pertimbangkan sebelum anda menentukan strategi pengendalian dan bagaimana strategi pengendalian yang anda rekomendasikan?


A. Penyakit Busuk pada Kentang
Sekitar 30-40% kerugian yang akan diderita petani bila busuk daun menjarah areal kentang. Apalagi jika terlambat mengendalikannya, tanaman akan hancur.
Penyakit busuk daun pada kentang atau yang biasa disebut lodoh oleh petani di Jawa Barat, sangat berbahaya. Serangannya dapat dijumpai di semua daerah yang ditumbuhi kentang. Namun serangan yang terberat biasanya terjadi di daerah yang udaranya lembab. Selain hasil yang diperoleh merosot, biaya produksi yang harus dikeluarkan pun jadi makin membengkak.
Gejala serangan tampak dengan adanya bercak basah bertepi tidak teratur pada tepi daun atau tengahnya. Bercak ini kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik berwarna cokelat. Di sekitar daerah itu terdapat bagian yang berwarna hijau kelabu yang dihasilkan oleh massa sporangium yang tampak berwarna putih. Serangan juga dapat terjadi pada tangkai daun atau tangkai anak daun dengan warna cokelat, melingkar, agak mengendap, dan dapat menimbulkan defoliasi.
Gejala ini cepat sekali menjalar ke seluruh areal kentang dan membinasakan tanaman, terlebih lagi bila musim hujan tiba. Percikan air akan menghantar spora cendawan ganas ini kemana-mana. Keganasan cendawan ini ternyata tidak hanya menimpa daun, umbi pun dimangsanya pula. Kulit umbi yang terserang melekuk dan agak berair. Bila umbi dibelah, daging umbi berwarna cokelat dan busuk. Yang akhirnya umbi tidak laku dijual. Jadi, tak aneh, bila hingga kini penyakit tersebut masih menjadi ancaman bagi para petani kentang.
Busuk pada daun

Busuk pada buah
B. Penyebab Penyakit Busuk pada Kentang
Penyebab penyakit ini adalah cendawan ganas bernama Phytophthora Infestans. Gelaja awalnya tampak berupa bercak-bercak hijau kelabu pada permukaan bawah daun, kemudian berubah menjadi coklat tua. Semula serangannya hanya terjadi pada daun-daun bawah, lambat laun merambat ke atas dan menjarah daun-daun yang lebih muda. Bila udara kering, jaringan yang sakit menjadi mengkerut, melengkung, dan memutar. Jika udara lembab, akibatnya akan semakin parah, jaringan daun akan segera membusuk dan tanaman mati.
Phytophthora Infestans
TAKSONOMI
Domain : Eukaryota
Kingdom : Chromalveolata
Phylum : Heterokontophyta
Class : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Species : Phytophthora infestan



Ciri yang khas untuk mengenalnya ialah misellium yang tidak bersekat-sekat. Warna misellium putih, jika tua mungkin agak coklat kekuning – kuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam–hitaman. Hifanya berkembang sempurna. Phytopthora memiliki sporangium yang berbentuk bulat telur. Phytophthora infestans memproduksi spora aseksual yang disebut sporangia. Ini adalah sporangia hyalin, berbentuk seperti jeruk nipis, panjangnya 20-40m. Cara ini dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari masa protoplasma yang mempunyai bulu–bulu halus yang bisa bergetar dan disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora, yaitu penggabungan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil tapi aktif.


Gambar 1. Morfologi Phytophthora Infestan



Gambar 2. Daur Hidup Phytophthora Infestan
Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi. Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas, P. infestan akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya. Jamur juga dapat bertahan pada tanaman kentang yang biasanya terdapat di daerah penanam sayuran pegunungan.
Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah ditemukan karena jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat P. infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan) berbeda. Inti sel antheridium dan oogonium akan saling melebur (karyogami) ketika antheridium memasuki oogonium. Mereka akan membentuk oospore diploid, yang mana akan berkembang menjadi sporangium dan daur hidup secara aseksual akan terulang. Oospora diproduksi pada daun kentang pada temperature dekat dengan 100% kelembaban relatif, 10 - 25,5C, dan pada saat itu Phytophthora menghasilkan sporangia dalam jumlah berlimpah pada permukaan daun.

C. Pertimbangan sebelum Strategi Pengendalian
Sebelum menentukan strategi pengendalian, hal-hal yang harus dipertimbangkan diantaranya:
Pemberian ketahanan genetik secara vertikal dan horizontal.
Ketahanan Vertikal
Tipe ketahanan vertikal dikendalikan oleh gen tunggal (monogenik) atau oleh beberapa gen (oligogenik ) dan hanya efektif terhadap biotipe penyakit tertentu. Secara umum sifat ketahanan vertikal mempunyai ciri-ciri :
1. Biasanya diwariskan oleh gen tunggal atau hanya sejumlah kecil gen,
2. Relatif mudah diidentifikasi dan banyak dipakai dalam program perbaikan ketahanan genetik,
3. Biasanya dikaitkan dengan hipotesis “gen for gen” dari flor,
4. Menghasilkan ketahanan genetik tingkat tinggi, tidak jarang mencapai imunitas, tetapi jika timbul biotipe baru maka ketahanan ini akan mudah patah dan biasanya tanaman menjadi sangat rentan terhadap biotipe tersebut, dan
5. Biasanya menunda awal terjadinya epidemi, tetapi apabila terjadi epidemi maka kerentanannya tidak akan berbeda dengan kultivar yang rentan.
Ketahanan Horizontal
Tipe ketahanan horizontal disebut juga ketahanan kuantitatif. Tanaman yang memiliki ketahanan demikian masih menunjukan sedikit kepekaan terhadap penyakit tetapi memiliki kemampuan untuk memperlambat laju perkembangan epidemi. Secara teoritis, ketahanan horisontal efektif untuk semua biotipe. Oleh karena itu, umumnya sulit dipatahkan meskipun muncul biotipe baru dengan daya serang yang lebih tinggi. Varietas dengan tipe ketahanan demikian dapat diperoleh dengan cara mempersatukan beberapa gen ketahanan minor ke dalam suatu varietas dengan karakter agronomik yang unggul melalui pemuliaan konvensional maupun non-konvesional.

Ciri-ciri khusus ketahanan horizontal adalah :
1) Biasanya memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe ketahanan vertikal, dan jarang didapat immunitas,
2) Diwariskan secara poligenik dan dikendalikan oleh beberapa atau banyak gen,
3) Pengaruhnya terlihat dari penurunan laju perkembangan epidemi.
Perlakuan tanah :
a) Pembalikan tanah
b) Penggenangan
c) Pengaturan pH
d) Penambahan bahan organik

Cara-cara bercocok tanamnya
a. Rotasi tanaman dengan yang bukan satu family
b. Tumpang sari
c. Benih sehat yang bersertifikat
Umbi untuk bibit diambil dari tanaman yang sehat. Umbinya sendiri harus sehat dan tidak cacat. Jika umbi yang digunakan sebagai bibit sudah sakit (tak normal), jangan harap akan diperoleh tanaman yang sehat. Ciri umbi yang sehat tampak segar, tidak busuk, kulitnya mulus, tidak ada bekas-bekas serangan hama penyakit. Ukuran umbi untuk bibit lebih kurang yang beratnya 30gr dan bersertifikat.
d. Sanitasi lahan
Bibit yang sehat belum menjamin tanaman akan terbebas dari penyakit ini bila kondisi lapangan tidak sehat. Oleh karena tiu, perlu diusahakan agar areal tanaman terbebas dari sumber inokulan (penularan) cendawan Phytopthora Infestans. Caranya adalah dengan melakukan pembajakan, penggaruan, penggenangan, pengaturan pH, penambahan bahan organic (bokasi / cacing) dan rotasi tanaman (pemberaan), serta tumpang sari untuk mematikan atau memutuskan siklus hidup cendawan ganas ini.
Biaya pengeluaran
D. STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK DAUN PADA KENTANG
Lahan kentang yang terserang cendawan ganas Phytophthora Infestans, solusi yang pertama hanyalah melakukan panen muda, yang jelas saja hasilnya tidak akan maksimal, kemudian bakar tanaman kentang yang terjangkit, dan berikan fungisida kimiawi.
Kemudian bila ingin berhasil menanam kentang, kita harus bisa mengatasi serangan penyakit lodoh. Sebelum mengetahuinya, jangan coba-coba menanamnya, nanti menyesal jadinya.
o Secara Fisis
- peningkatan suhu pada tanah (solarisasi)
Solarisasi tanah adalah suatu metode pasteurisasi yang efektif untuk menekan banyak spesies nematoda. Tetapi metode ini efektif bila cukup cahaya matahari pada musim panas. Tanah diberi plastik transparan selama 6-8 minggu. Panas matahari akan diperangkap oleh plastik, sehingga menaikkan temperatur tanah.
- peningkatan suhu pada saat perendaman benih.

o Secara Biologi
-Menggunakan jamur antagonis : Trichoderma, MVA
Menggunakan Trichoderma :
Trichoderma spp. efektif mengendalikan OPT / cendawan tular tanah. Trichoderma spp. menghasilkan enzim kitinase dan ß- 1.3-glukanase, dengan proses antagonis parasitisme yang dapat membasmi cendawan Phytophthora Infestans. Cendawan Trichoderma spp. diaplikasikan langsung ke tanah. Cara pengendalian Phytophthora infestans oleh cendawan Trichoderma dengan dosis 100gr/lt air (media beras), ditambah dengan zat perekat.
Menggunakan MVA (Mikoriza Vasikular Arbuskular)
-Menggunakan bakteri antagonis : Psedomonas fluorescens

o Secara Kimia
-Sintetik : -Botani :
*Pestisida *bawang putih
*Fumigasi *zingiberaceae
*Penyemprotan *sirih

Dengan rekomendasi pengendalian seperti ini, residu pestisida tidak akan berlimpah sehingga perusahaan dapat memasok hasil kentang ini ke hipermarket yang memberlakukan standar yang ketat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. www.google.com
2. pink-territory.blogspot.com
3. www.wikipedia.com
4. http://hpt.unpad.ac.id
5. TRUBUS No 242 TAHUN XXI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar