BLOG INI MILIK MUHAMMAD SALMAN UMAR IMANI - MAHASISWA AGROTEKNOLOGI - FAKULTAS PERTANIAN - UNIVERSITAS PADJADJARAN Dokter Tanaman: April 2011
Nematoda mati pada suhu 45 derajat celcius##Plutella xylostella menyerang daun kubis- kubisan, sedangkan Crocodolomia pavonana menyerang Crop kubis## Kemunduran Benih Meningkat Sejalan Dengan Meningkatnya Kadar Air Benih ## protektan mencegah masuknya penyakit yang masih diluar benih agar tidak masuk kedalam benih, desinfektan mencegah penyakit yang sudah menempel dibenih agar tidak masuk kedalam benih, desinfektan mengobati benih yang telah terinfeksi oleh penyakit##

Jumat, 29 April 2011

Tugas Tekprotan III

Postingan ini berisi sebagian dari keseluruhan makalah tentang "tanaman tahunan berorgan target batang" dari salah satu Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman III.
saya sengaja memposting ini karena saya ingin berbagi dengan teman teman saya yang lain terutama junior junior yang belum mengambil mata kuliah ini. supaya memudahkan mereka dalam pencarian. tapi ingat! jangan karena saya memudahkan temen temen jadi keenakan, cuma bisa kopas tanpa baca!
"STOP MEMBACA UNTUK MEMELIHARA KEBODOHAN"


Download disini

Selengkapnya...

Senin, 11 April 2011

CONTOH TANAMAN BERORGAN TARGET BUNGA PADA GOLONGAN TANAMAN BUAH-BUAHAN BERUMUR TAHUNAN

Takutnya temen temen sekalian rada rada bingung bacanya, karena memang sengaja untuk dibuat bingung. haha
supaya anda membaca lebih teliti. :D
maka saya sediakan link downloadnya..
diantara bacaann itu. silahkan cari, dengan cara membacanya terlebih dahulu.

A. ANGGREK
I. Klasifikasi dan Morfologi
a. Klasifikasi
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Familia : Orchidaceae
Genus : Phalaenopsis
Species : Phalaenopsis amabilis
b. Morfologi
Anggrek bulan termasuk anggrek epifit monopodial yang tumbuh menjuntai. Batangnya sangat pendek dan terbungkus oleh seludang daun. Daunnya berjumlah kurang dari 5 helai, berwarna hijau, tebal, berdaging, berbentuk lonjong bulat telur sungsang atau jorong, melebar di bagian ujungnya, berujung tumpul, atau sedikit meruncing, dengan panjang 20-30 cm dan lebar 5-8 cm. Akar-akarnya berbentuk bulat memanjang serta berdaging, bercabang, berwarna putih dan hijau di bagian ujungnya. Bunga tersusun dalam tandan dan kadang-kadang bercabang dengan panjang karangan bunga mencapai 50 cm yang tumbuh menjuntai. Setiap tangkai mendukung 10-12 kuntum bunga dengan daun penumpu 5 mm berbentuk segitiga. Bunganya cukup harum dan waktu mekarnya lama. Perhiasan bunga tersusun membulat, dengan diameter 6-10 cm atau lebih, dan mahkotanya bertumpang tindih dengan kelopak tersusun membundar. Warna bunga putih bersih dengan sedikit variasi kuning dan bintik kemerahan di bibir bunga. Bibir kedua cuping sampingnya tegak melebar dan bagian tepi depannya berwarna kuning dengan garis kemerahan. Buah berbentuk bulat lonjong, berukuran 7,5 x 1,3 cm.


Bila Phalaenopsis kita berbuah, maka distribusi makanan di gunakan untuk pembentukan buah. Jangan heran bila pada saat anggrek kita berbuah, tanaman akan lambat pertumbuhanya. Merawat anggrek yang berbuah seperti merawat anggrek berbunga. Gunaka nutrisi yang mengandung 'P dan K' bila biji anggrek ingin di tanam, dan potong buahnya bila kita tidak membutuhkanya.
II. Sejarah Penamaan
Jenis Phalaenopsis yang pertama kali ditemukan adalah Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. di Ambon (Maluku) pada tahun 1750. Dalam buku Herbarium Amboinense 6:99, Rumphius memberi nama jenis anggrek ini sebagai Angraecum album-majus. Di waktu yang bersamaan, pada tahun 1752, Peter Osbeck membawa spesimen jenis yang sama dari Jawa Barat dan diidentifikasi oleh Linnaeus sebagai Epidendrum amabile, seperti diterbitkan dalam Species Plantarum (1753), tanpa mengetahui publikasi yang terdahulu dari Rumphius. Pada tahun 1814, Roxburg juga mengidentifikasi jenis ini sebagai Cymbidium amabile. Namun pada tahun 1825 Blume memasukkan tumbuhan ini ke dalam marga Phalaenopsis dan diberi nama Phalaenopsis amabilis, seperti dipublikasikan dalam “Bijdragen (p.294)”. Nama tersebut disepakati oleh para ahli taksonomi sebagai nama yang valid dan dipakai hingga sekarang.
III. Habitat dan Persebaran
Anggrek ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga pegunungan dan umumnya hidup pada ketinggian 50-600 m dpl, namun kadang kala dapat berkembang dengan baik pada ketinggian 700-1.100 m dpl. Tanaman ini tumbuh epifit atau menempel di pohon-pohon yang cukup rindang dan menyukai tempat-tempat yang teduh serta lembap, terutama di hutan basah dengan curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun. Walau tumbuh di daerah tropis, tetapi anggrek ini membutuhkan sedikit cahaya matahari (12.000-20.000 lux) sebagai penunjang hidupnya, karena tidak tahan terhadap sengatan matahari langsung. Kelembapan udara yang diperlukan ratarata 70-80% dengan suhu udara hangat di bawah 290C. Anggrek ini tersebar luas di Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Indonesia, Filipina, hingga Papua Nugini dan Australia.
Phalaenopsis bisa ditanam dalam pot atau ditempelkan pada batang pohon, lempengan pakis, maupun kepingan kayu. Pot yang digunakan bisa berupa pot tanah liat atau pot plastik dengan memodifikasi media tumbuhnya. Pada prinsipnya, anggrek memerlukan kelembapan tinggi, namun tidak menyukai kadar air yang berlebihan. Sirkulasi udara juga harus lancar agar tidak timbul penyakit. Pot harus diberi lubang pada bagian bawah dan samping agar tidak ada air yang tersimpan. Media yang digunakan dapat berupa pecahan genting, arang, dan cacahan pakis. Media tersebut hanya digunakan untuk tempat menempel dan membantu berdirinya tanaman, sedangkan nutrisi diperoleh dari pemupukan yang dilakukan dengan cara penyemprotan. Teknik pemberian pupuk cair yang dialirkan dalam talang ke pot-pot berisi Phalaenopsis seperti sistem hidroponik, cukup baik hasilnya.
Anggrek ini memiliki karakter tumbuh monopodial, sehingga tidak menghasilkan anakan ke samping. Dalam hal ini, perbanyakan Phalaenopsis akan lebih efektif jika dilakukan secara generatif daripada vegetatif. Proses perkecambahan biji dilakukan di laboratorium, yaitu dalam media agar-agar buatan yang dilakukan secara steril. Biji anggrek kecil berupa serbuk tidak memiliki cadangan makanan (endosperm), sehingga perlu dibantu dengan penambahan unsur hara makro, mikro, vitamin, dan gula yang diperlukan untuk perkecambahan. Unsur hara paling sederhana yang dapat digunakan untuk mengecambahkan biji anggrek adalah pupuk daun Hyponex, namun secara umum media anggrek standar yang banyak digunakan adalah Vacin & Went dan Knudson C. Media tersebut dapat dimodifikasi dengan penambahan bahan organik seperti air kelapa, tomat, tauge, kentang, atau ubi.
IV. Manfaat

Gambar 2. Bunga Anggrek Hibrida
Bunga anggrek sangat mudah di silangkan, baik secara alami maupun bantuan manusia. Sampai saat ini telah banyak silangan yang telah dihasilkan oleh manusia di muka bumi ini. Anggrek hasil silangan tersebut dikenal sebagai anggrek hibrida.
Hibrida Phalaenopsis, pemanfaatannya lebih banyak untuk tanaman pot (pot plant) yang diciptakan sesuai dengan selera konsumen, baik dari segi warna, ukuran, maupun bentuk bunganya. Sampai saat ini, sudah banyak hibrida Phalaenopsis yang dihasilkan baik melalui persilangan antar spesies (interspecific hybrid) maupun antar genera (intergeneric hybrid).
A. KENANGA
I. Klasifikasi dan Morfologi
a. Klasifikasi
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Familia : Annonaceae
Genus : Cananga
Species : Cananga odorata (Lamk.) Hook
b. Morfologi
Tumbuhan ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 30-35m atau bahkan lebih pada spesies liarnya (14-20m pada spesies genuina, dan 15-35m pada spesies macrophilla). Batangnya berwarna kelabu. Daun tumbuhan ini berwarna hijau dan tersusun berselang-seling serta berbentuk eliptikal berukuran 7-23 cm panjang dan 4-10 cm lebar. Tumbuhan ini juga mempunyai bunga berwarna kuning kehijauan yang wangi serta mempunyai 6 kelopak.
Bunga :
Gambar 3. Bunga Kenanga
Bunganya berbentuk “bintang” majemuk, pendek, menggantung dan berwarna hijau ketika masih muda, dan menjadi kuning setelah masak. Bunganya memancarkan aroma harum. Bunga itu muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon, dengan susunan yang khas. Mahkota bunga umumnya berjumlah 6, namun terkadang berjumlah 8 atau 9, berdaging, terlepas satu sama lainnya, dan tersusun dalam 2 lingkaran yang masing-masing biasanya berjumlah 3. Benang sarinya banyak, dan ruang tempat sari berhubungan terdapat di ujung tangkai sari, berbentuk memanjang dan tertutup, berwarna cokelat muda. Jumlah bakal buah sekitar 7 – 15. Kepala putik berbentuk tombol.
Batang :
Batang dari tumbuhan ini lurus dan kuat, dengan cabang lateral. Batang utama dari tanaman ini panjang dan kulit batangnya berwarna abu-abu keputihan
Daun :
Gambar 4. Daun Kenanga
Daunnya berbentuk lonjong berwarna hijau tua, tersusun berselang-seling, dengan ukuran helai daun mencapai 8-20cm x 5-10cm, dan petiola yang berukuran ±1,3cm. Bagian tepi daun berbentuk keriting atau berombak dan bagian pangkal daun berbentuk membulat.
Buah :
Gambar 5. Buah Kenanga
Buah berwarna hijau kehitaman, dengan diameter 1,5-2,5cm, tersusun dari 6-12 buah tiap tangkainya, dengan daging buah yang tebal, dan memiliki 6-12 biji yang kecil dan berwarna coklat muda.


Biji :
Biji buah ini berwarna coklat muda, kecil, berukuran 6-7mm x 4-5mm, berbentuk pipih, dengan permukaan biji yang keras. Biji kenanga sekitar 8 – 12 per buah tersusun dalam dua baris.
I. Daerah Asal dan Penyebaran
Tanaman Kenanga tersebar dari Burma sampai Australia bagian Utara, juga di India dan pulau-pulau di Pasifik sampai ke Hawaii. C. odorata diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. C. odorata (famili Anonaceae) diduga berasal dari Maluku dan Filipina.
II. Habitat
Kenanga dapat tumbuh baik di seluruh Indonesia dengan ketinggian tempat di bawah 1200 m dpl (Sunanto, 1993). Pohon ini akan berbunga lebat, jika tumbuh di dataran rendah yang beriklim panas dan lembab, dengan ketinggian antara 20 – 700 m dpl (Nasution dan Sastrapradja, 1977). Curah hujan yang dibutuhkan berkisar antara 250-4000 mm/tahun dengan bulan kering mencapai 4 bulan. Sedangkan suhu rata-rata yang dibutuhkan tanaman ini berkisar antara 10-35°C, yang optimum 18-25°C. Dalam Yusuf dan Sinohin (1999) disebutkan bahwa kenanga tumbuh di daerah dengan curah hujan (650)1500-2000 (- 4000) mm dan suhu rata-rata tahunan 21-27 °C. Di Jawa, pohon ini tumbuh berkelompok di hutan-hutan lembab dan hutan jati. Di Papua New Guinea, kenanga tumbuh di tempat dengan ketinggian hingga 800 m dpl.
Pengamatan lapang menunjukkan bahwa kenanga bisa bertoleransi terhadap kondisi kering (curah hujan < 40 mm) dalam periode pendek, selama kurang dari 2 bulan. Tanaman ini juga mampu tumbuh pada kondisi tergenang selama beberapa waktu, namun pada kondisi rawa permanen pertumbuhannya akan terganggu. Selain itu, kenanga tidak menyukai tanah berkadar garam dan alkalin tinggi. Sunanto (1993) menyebutkan kenanga dapat tumbuh lebih baik jika kondisi tanahnya subur, terutama tanah jenis alluvial (Entisol / Inceptisol). Bentuk toleransi lain dari tanaman ini adalah kenanga dapat tumbuh pada tanah dangkal dan tidak subur, serta berada pada naungan sedang. Kenanga tumbuh paling baik pada penyinaran matahari penuh. Tanah yang baik untuk pengembangan kenanga adalah tanah yang aerasinya baik dan solumnya dalam, tanpa lapisan batu atau padas. Hal ini penting karena tanaman tersebut memiliki perakaran yang dalam. Di Nossi Be (dekat Madagaskar), produksi dan mutu minyak kenanga yang terbaik diperoleh dari tanaman yang diusahakan pada tanah liat berpasir atau tanah vulkanik yang aerasinya baik. III. Manfaat Kulit batang kenanga menunjukan adanya alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid. Dalam abu ditemukan adanya kalium, kalsium, natrium dan magnesium, batangnya berwarna kelabu. Kenanga dijadikan sebagai sumber minyak atsiri untuk mewangian, kenanga juga menghasilkan kayu, yang berukuran besar dijadikan peti mati atau perkakas rumah. Kulit kayunya dapat dimanfaatkan sebagai serat untuk tali (di daerah-daerah Indonesia Timur), Bunga Kenanga dapat digunakan juga sebagai penghias dekorasi pada acara perayaan. Manfaat lain untuk aroma terapi yang efektif untuk melenyapkan bau badan yang sangat mengganggu. Bunga Canangium odoratum berkhasiat sebagai obat nyeri haid, di samping itu bunganya untuk bahan kosmetika. Di Jawa dan Bali, kenanga diperdagangkan oleh penduduk setempat sebagai bunga rampai dan bunga tabur yang digunakan dalam upacara-upacara keagamaan. Selain itu kenanga juga dikenal sebagai tanaman obat, daun sebagai obat gatal (Burkill, 1935), bunga kering untuk obat malaria (Heyne, 1987); bunga segar untuk aroma terapi, serta kulit batang sebagai obat koreng. Minyak atsiri yang terkandung dalam bunga kenanga digunakan sebagai bahan minyak wangi. Minyak kenanga mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi di pasaran dunia. Selain bernilai ekonomis, pohon kenanga juga bernilai ekologis, dimana pohon ini dapat digunakan untuk stabilitas lereng karena tipe perakarannya yang kuat dan dalam. Pohon kenanga umumnya diusahakan sebagai tanaman pekarangan atau tanaman tumpangsari. Di Boyolali, Blitar dan Pasuruan, kenanga ditanam secara tidak teratur di pekarangan-pekarangan rumah. Sedangkan di Cirebon dan Banten, dipelihara sebagai tanaman tumpang sari di antara pohon buah-buahan dan kelapa (Nasution dan Sastrapradja, 1975). B. CEMPAKA I. Klasifikasi dan Morfologi a. Klasifikasi Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Magnoliales Familia : Magnoliaceae Genus : Michelia Species : Michelia champaca Gambar 6. Bunga Cempaka b. Morfologi Cempaka atau Michelia Champaka Linn adalah sejenis pohon berkayu yang memiliki tinggi rata-rata 30 meter. Daun Cempaka berbentuk telur taji. Bagian bawah daun yang hijau itu terdapat bulu halus. Tiap kuncup daun dilindungi oleh 2 daun pelindung. Untuk bunga, warnanya putih, kuning, atau merah. Bentuknya seperti bunga Tulip. Buahnya ternyata enak untuk dimakan. Dalam pertumbuhannya, buah menjadi bulir panjang yang terdiri atas buah kecil- kecil berbentuk jantung. Biji dalam buah itu rasanya pahit. Kayunya sangat bagus untuk digunakan sebagai bagian dari bangunan rumah. Hanya saja, belum banyak orang yang menggunakan kayu Cempaka untuk kebutuhan tersebut. Gambar 7. Buah Cempaka Kulit kayunya berwarna coklat. Jika dibelah, warnanya kuning muda dan mudah terpecah. Bila dirasakan, kayu Cempaka terasa pahit dan agak wangi. Sedangkan, untuk kulit akarnya, warnanya merah, rasanya pahit, dan sangat tajam. Di dalam kulit dan daunnya, terdapat kandungan alkaloida dan zat samak. Kulit kayu dan akarnya juga mengandung damar. Asam damar juga terdapat pada bijinya, selain kandungan olein. Bunganya yang harum itu, terdapat minyak terbang (cheraniol, linalol, methuleugenol, asam benzoe, nerol, dan methulaethulazijnzuur). II. Daerah Asal dan Penyebaran Konon, tumbuhan ini berasal dari India dan banyak tersebar di Asia Tenggara dan Asia Timur, Selatan Sumatera: seputaran Lampung Barat, Jawa, Bali. Agen Penyebar biji diantaranya Burung Frugivora dan Beo. Burung-burung ini yang mampu menjelajahi hutan-hutan, berkunjung ke kebun, bekas hutan, hutan yang pernah terbakar membantu menyemaikannya yang kemudian diserahkan kepada alam untuk melanjutkan prosesnya. Ada yang berhasil tumbuh, ada pula yang tidak. Namun yang berhasil akan menjadi calon pohon induk yang akan berbaik hati dengan beo untuk menikmati bijinya. Proses alam terus berlangsung ada atau tanpa campur tangan manusia. III. Habitat dan Tempat Tumbuh Michelia champaca, nama yang cantik untuk sebatang pohon. Di hutan, tanaman ini termasuk pohon yang cukup tinggi. Cempaka tumbuh di tanah yang subur pada ketinggian hingga 1500 m dpl. Gambar 8. Pohon Cempaka IV. Manfaat Di Jawa, umumnya dikenal ada dua jenis Cempaka, yaitu Cempaka putih dan kuning. Cempaka putih dibudidayakan untuk diambil bunganya. Biasanya, Cempaka putih ini untuk campuran sesajian atau wewangian lain. Wewangian itu dihasilkan dari ekstrak minyak asiri bunga, daun, dan kayu Cempaka. Kulit kayunya bermanfaat untuk obat demam. Jenis Cempaka yang kuning ini lebih dikenal sebagai kantil. Hampir semua bagian tumbuhannya berguna, yaitu akar, batang, kulit kayu, daun, bunga, buah, dan bijinya. Kulit kayunya terasa pahit dan berkhasiat untuk obat kuat, febrifugum, dan tonikum. Untuk kulit akarnya, bisa digunakan bagi perbaikan menstruasi, bersifat abortivum dalam mempercepat keluarnya uri atau plasenta. Daunnya, bila direbus dan ditambah madu, bisa digunakan untuk obat cacing, reumatik, tenggorokan, obat kumur, dan angina. Bila napas berbau (halitosis), rebusan daunnya juga bisa digunakan. Bunga kantil sangat harum. Di samping sebagai penghias rambut, Cempaka kuning ini bermanfaat untuk minyak wangi atau aromatikum, kosmetik, dan upacara keagamaan. Selain itu, banyak juga orang yang menggunakannya untuk obat kuat, perangsang, dan diuretik. Minyaknya bisa untuk salep dan minyak rambut. Bagian kuncup bunganya juga kerap dimanfaatkan untuk obat penyakit raja singa (gonore uretritis) bila direbus dengan kelapa muda. Sedangkan, untuk bijinya yang dicampur dengan jahe, dapat dipakai sebagai obat demam pada anak-anak. Untuk menyapih anak dari ASI, biji kantil dihaluskan dan diletakkan di dada. DAFTAR PUSTAKA http://www.flickr.com/photos/kmatsalleh/2351990374/ http://tanamanobat.org/433/kenanga/ http://pohoncempaka.blogspot.com/ http://id.wikipedia.org/wiki/Cempaka http://noonathome.wordpress.com/2008/03/13/cempaka-berbagi-untuk-dirinya-beo-dan-manusia/ http://zulaikha1988.blogspot.com/2009/07/motif-bunga-cempaka-putih.html http://toiusd.multiply.com/journal/item/156/Cananga_odorata http://id.wikipedia.org/wiki/Michelia http://alamendah.wordpress.com/2010/04/23/anggrek-bulan-puspa-pesona-indonesia/ http://shiemarin.wordpress.com/2011/03/16/anggrek-bulan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Anggrek_bulan http://bdm-208.blog.friendster.com/2005/05/cara-menanam-merawat-anggrek/ http://www.candiorchid.co.cc/2010/08/merawat-anggrek-part-4-phalaenopsis.html http://bungakuanggrek.blogspot.com/2010/10/bunga-anggrek-macam-macam-bunga-yang.html http://bunga354.blogspot.com/ http://blog.beswandjarum.com/muhanugrah/2009/09/03/perbanyakan-tanaman-anggrek/ http://id.wikipedia.org/wiki/Orchidaceae http://www.florabiz.net/budidaya/yuuk-budidaya-tanaman-anggrek.html http://postberita.com/opinipublik/589-sejarah-dan-asal-usul-anggrek http://www.plantamor.com/index.php?plant=258 http://id.wikipedia.org/wiki/Kenanga http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-054.pdf http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_canangium_odoratum.pdf http://tani-sukses.blogspot.com/2010/02/budidaya-kenanga.html http://images.toiusd.multiply.multiplycontent.com/journal?&page_start=80 http://www.situshijau.co.id/tulisan.php?act=detail&id=26&id_kolom=2 http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-kenanga/titut-yulistyarini-dkk/ http://www.plantamor.com/index.php?plant=1969 http://www.plantamor.com/index.php?plant=844 http://www.plantamor.com/index.php?plant=846 http://www.plantamor.com/index.php?plant=845 http://www.plantamor.com/index.php?plant=1952 http://staff.blog.ui.ac.id/taqyudin/index.php/category/tropical-tree/ http://staff.blog.ui.ac.id/taqyudin/index.php/2009/03/20/ bunga-cempaka-michelia-champaca/ buat download pptnya silahkan download dibawah ini : download disini

karena saya sangat baik hati sekali. :D
maka saya sediakan makalahnya pula.

Klik disini
Selengkapnya...

Minggu, 10 April 2011

Modul Praktikum Biotek HPT (download)

Postingan ini beriisi link download Modul Praktikum Bioteknologi HPT (2). bagi temen temen yang belum kebagian Modulnya (soalnya kan satu kelompok dapet satu), bisa langsung aja download disini aja , mangga cekidot dibawah :

klik in here untuk download
selamat menikmati. ^^
Selengkapnya...

Jumat, 08 April 2011

Pestisida Nabati (PesNab)

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan bahannya terbuat dari nabati, contohnya dari tumbuhan. kini pestisida nabati mulai diperkenalkan untuk menggeser keberadaan pestisida sintetis yang diduga mempunyai nilai rusak yang tinggi terhadap lingkungan. dengan menggunakan konsep "back to nature" mungkin pestisida nabati dimasa mendatang akan sangat ramai dibutuhkan oleh para petani. ini bisa menjadi peluang usaha bagi seorang enterpreneur dibidang pertanian. kandungannya yang sangat ramah lingkungan dijadikan sebagai ujung tombak untuk mendongkrak naiknya pestisida nabati ini kepasaran. memang jika diliat dari keampuhan membunuh jika dibandingkan antara pestisida sintetis dengan pestisida nabati kemampuan membunuhnya lebih cepat pestisida sintetis, jika pestisida nabati membunuh perlahan tapi pasti. yang membedakan keduanya adalah masalah "ramah terhadap lingkungan" pestisida nabati sangat ramah lingkungan dibandingkan dengan pestisida sintetis dikarenakan pestisida nabati itu sangat sekali mudah untuk diuraikan.

_ditulis oleh M Salman Umar Imani. Calon Sarjana Muda Pertanian. FAPERTA UNPAD

Saya akan beri link download untuk memperjelas bahasan tentang pestisida nabati ini :
download Pesnab2.ppt
download Pesnab3.ppt
download Pesnab1.ppt

Selengkapnya...

Problem Base Learning

Problem 8:
Sebagai seorang konsultan di suatu perusahaan suplier kentang, anda menemukan bahwa di musim penghujan ini banyak tanaman kentang yang daunnya busuk kehitaman terutama dimulai dari pucuk. Pada tanaman yang siap panen pun ternyata umbi kentangnya tampak membusuk kehitaman. Mengingat perusahaan anda juga memasok hipermarket yang memberlakukan standar residu pestisida yang ketat, maka anda harus bijaksana dalam memberikan rekomendasi pengendalian. Hal-hal apa saja yang harus anda pertimbangkan sebelum anda menentukan strategi pengendalian dan bagaimana strategi pengendalian yang anda rekomendasikan?


A. Penyakit Busuk pada Kentang
Sekitar 30-40% kerugian yang akan diderita petani bila busuk daun menjarah areal kentang. Apalagi jika terlambat mengendalikannya, tanaman akan hancur.
Penyakit busuk daun pada kentang atau yang biasa disebut lodoh oleh petani di Jawa Barat, sangat berbahaya. Serangannya dapat dijumpai di semua daerah yang ditumbuhi kentang. Namun serangan yang terberat biasanya terjadi di daerah yang udaranya lembab. Selain hasil yang diperoleh merosot, biaya produksi yang harus dikeluarkan pun jadi makin membengkak.
Gejala serangan tampak dengan adanya bercak basah bertepi tidak teratur pada tepi daun atau tengahnya. Bercak ini kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik berwarna cokelat. Di sekitar daerah itu terdapat bagian yang berwarna hijau kelabu yang dihasilkan oleh massa sporangium yang tampak berwarna putih. Serangan juga dapat terjadi pada tangkai daun atau tangkai anak daun dengan warna cokelat, melingkar, agak mengendap, dan dapat menimbulkan defoliasi.
Gejala ini cepat sekali menjalar ke seluruh areal kentang dan membinasakan tanaman, terlebih lagi bila musim hujan tiba. Percikan air akan menghantar spora cendawan ganas ini kemana-mana. Keganasan cendawan ini ternyata tidak hanya menimpa daun, umbi pun dimangsanya pula. Kulit umbi yang terserang melekuk dan agak berair. Bila umbi dibelah, daging umbi berwarna cokelat dan busuk. Yang akhirnya umbi tidak laku dijual. Jadi, tak aneh, bila hingga kini penyakit tersebut masih menjadi ancaman bagi para petani kentang.
Busuk pada daun

Busuk pada buah
B. Penyebab Penyakit Busuk pada Kentang
Penyebab penyakit ini adalah cendawan ganas bernama Phytophthora Infestans. Gelaja awalnya tampak berupa bercak-bercak hijau kelabu pada permukaan bawah daun, kemudian berubah menjadi coklat tua. Semula serangannya hanya terjadi pada daun-daun bawah, lambat laun merambat ke atas dan menjarah daun-daun yang lebih muda. Bila udara kering, jaringan yang sakit menjadi mengkerut, melengkung, dan memutar. Jika udara lembab, akibatnya akan semakin parah, jaringan daun akan segera membusuk dan tanaman mati.
Phytophthora Infestans
TAKSONOMI
Domain : Eukaryota
Kingdom : Chromalveolata
Phylum : Heterokontophyta
Class : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Species : Phytophthora infestan



Ciri yang khas untuk mengenalnya ialah misellium yang tidak bersekat-sekat. Warna misellium putih, jika tua mungkin agak coklat kekuning – kuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam–hitaman. Hifanya berkembang sempurna. Phytopthora memiliki sporangium yang berbentuk bulat telur. Phytophthora infestans memproduksi spora aseksual yang disebut sporangia. Ini adalah sporangia hyalin, berbentuk seperti jeruk nipis, panjangnya 20-40m. Cara ini dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari masa protoplasma yang mempunyai bulu–bulu halus yang bisa bergetar dan disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora, yaitu penggabungan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil tapi aktif.


Gambar 1. Morfologi Phytophthora Infestan



Gambar 2. Daur Hidup Phytophthora Infestan
Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi. Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas, P. infestan akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya. Jamur juga dapat bertahan pada tanaman kentang yang biasanya terdapat di daerah penanam sayuran pegunungan.
Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah ditemukan karena jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat P. infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan) berbeda. Inti sel antheridium dan oogonium akan saling melebur (karyogami) ketika antheridium memasuki oogonium. Mereka akan membentuk oospore diploid, yang mana akan berkembang menjadi sporangium dan daur hidup secara aseksual akan terulang. Oospora diproduksi pada daun kentang pada temperature dekat dengan 100% kelembaban relatif, 10 - 25,5C, dan pada saat itu Phytophthora menghasilkan sporangia dalam jumlah berlimpah pada permukaan daun.

C. Pertimbangan sebelum Strategi Pengendalian
Sebelum menentukan strategi pengendalian, hal-hal yang harus dipertimbangkan diantaranya:
Pemberian ketahanan genetik secara vertikal dan horizontal.
Ketahanan Vertikal
Tipe ketahanan vertikal dikendalikan oleh gen tunggal (monogenik) atau oleh beberapa gen (oligogenik ) dan hanya efektif terhadap biotipe penyakit tertentu. Secara umum sifat ketahanan vertikal mempunyai ciri-ciri :
1. Biasanya diwariskan oleh gen tunggal atau hanya sejumlah kecil gen,
2. Relatif mudah diidentifikasi dan banyak dipakai dalam program perbaikan ketahanan genetik,
3. Biasanya dikaitkan dengan hipotesis “gen for gen” dari flor,
4. Menghasilkan ketahanan genetik tingkat tinggi, tidak jarang mencapai imunitas, tetapi jika timbul biotipe baru maka ketahanan ini akan mudah patah dan biasanya tanaman menjadi sangat rentan terhadap biotipe tersebut, dan
5. Biasanya menunda awal terjadinya epidemi, tetapi apabila terjadi epidemi maka kerentanannya tidak akan berbeda dengan kultivar yang rentan.
Ketahanan Horizontal
Tipe ketahanan horizontal disebut juga ketahanan kuantitatif. Tanaman yang memiliki ketahanan demikian masih menunjukan sedikit kepekaan terhadap penyakit tetapi memiliki kemampuan untuk memperlambat laju perkembangan epidemi. Secara teoritis, ketahanan horisontal efektif untuk semua biotipe. Oleh karena itu, umumnya sulit dipatahkan meskipun muncul biotipe baru dengan daya serang yang lebih tinggi. Varietas dengan tipe ketahanan demikian dapat diperoleh dengan cara mempersatukan beberapa gen ketahanan minor ke dalam suatu varietas dengan karakter agronomik yang unggul melalui pemuliaan konvensional maupun non-konvesional.

Ciri-ciri khusus ketahanan horizontal adalah :
1) Biasanya memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe ketahanan vertikal, dan jarang didapat immunitas,
2) Diwariskan secara poligenik dan dikendalikan oleh beberapa atau banyak gen,
3) Pengaruhnya terlihat dari penurunan laju perkembangan epidemi.
Perlakuan tanah :
a) Pembalikan tanah
b) Penggenangan
c) Pengaturan pH
d) Penambahan bahan organik

Cara-cara bercocok tanamnya
a. Rotasi tanaman dengan yang bukan satu family
b. Tumpang sari
c. Benih sehat yang bersertifikat
Umbi untuk bibit diambil dari tanaman yang sehat. Umbinya sendiri harus sehat dan tidak cacat. Jika umbi yang digunakan sebagai bibit sudah sakit (tak normal), jangan harap akan diperoleh tanaman yang sehat. Ciri umbi yang sehat tampak segar, tidak busuk, kulitnya mulus, tidak ada bekas-bekas serangan hama penyakit. Ukuran umbi untuk bibit lebih kurang yang beratnya 30gr dan bersertifikat.
d. Sanitasi lahan
Bibit yang sehat belum menjamin tanaman akan terbebas dari penyakit ini bila kondisi lapangan tidak sehat. Oleh karena tiu, perlu diusahakan agar areal tanaman terbebas dari sumber inokulan (penularan) cendawan Phytopthora Infestans. Caranya adalah dengan melakukan pembajakan, penggaruan, penggenangan, pengaturan pH, penambahan bahan organic (bokasi / cacing) dan rotasi tanaman (pemberaan), serta tumpang sari untuk mematikan atau memutuskan siklus hidup cendawan ganas ini.
Biaya pengeluaran
D. STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK DAUN PADA KENTANG
Lahan kentang yang terserang cendawan ganas Phytophthora Infestans, solusi yang pertama hanyalah melakukan panen muda, yang jelas saja hasilnya tidak akan maksimal, kemudian bakar tanaman kentang yang terjangkit, dan berikan fungisida kimiawi.
Kemudian bila ingin berhasil menanam kentang, kita harus bisa mengatasi serangan penyakit lodoh. Sebelum mengetahuinya, jangan coba-coba menanamnya, nanti menyesal jadinya.
o Secara Fisis
- peningkatan suhu pada tanah (solarisasi)
Solarisasi tanah adalah suatu metode pasteurisasi yang efektif untuk menekan banyak spesies nematoda. Tetapi metode ini efektif bila cukup cahaya matahari pada musim panas. Tanah diberi plastik transparan selama 6-8 minggu. Panas matahari akan diperangkap oleh plastik, sehingga menaikkan temperatur tanah.
- peningkatan suhu pada saat perendaman benih.

o Secara Biologi
-Menggunakan jamur antagonis : Trichoderma, MVA
Menggunakan Trichoderma :
Trichoderma spp. efektif mengendalikan OPT / cendawan tular tanah. Trichoderma spp. menghasilkan enzim kitinase dan ß- 1.3-glukanase, dengan proses antagonis parasitisme yang dapat membasmi cendawan Phytophthora Infestans. Cendawan Trichoderma spp. diaplikasikan langsung ke tanah. Cara pengendalian Phytophthora infestans oleh cendawan Trichoderma dengan dosis 100gr/lt air (media beras), ditambah dengan zat perekat.
Menggunakan MVA (Mikoriza Vasikular Arbuskular)
-Menggunakan bakteri antagonis : Psedomonas fluorescens

o Secara Kimia
-Sintetik : -Botani :
*Pestisida *bawang putih
*Fumigasi *zingiberaceae
*Penyemprotan *sirih

Dengan rekomendasi pengendalian seperti ini, residu pestisida tidak akan berlimpah sehingga perusahaan dapat memasok hasil kentang ini ke hipermarket yang memberlakukan standar yang ketat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. www.google.com
2. pink-territory.blogspot.com
3. www.wikipedia.com
4. http://hpt.unpad.ac.id
5. TRUBUS No 242 TAHUN XXI

Selengkapnya...

Hama

Ulat Penggulung Daun Pisang
Erionota thrax L.

Nama umum : Erionota thrax (Linnaeus, 1767)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hesperiidae
Sumber gambar : CABI
Ulat Penggulung Daun Pisang
Erionota thrax L. (Famili: Hesperidae, Ordo: Lepidoptera)

Gejala Serangan
Daun yang diserang ulat biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan memakan daun.
Apabila daun dalam gulungan tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun.

Morfologi/Bioekologi
Kupu-kupu mengisap madu bunga pisang dan melakukan kopulasi sambil berterbangan pada waktu sore dan pagi hari serta bertelur pada malam hari.
Telur diletakkan berkelompok sebanyak ± 25 butir pada daun pisang yang masih utuh.


Ulat yang masih muda warnanya sedikit kehijauan, tubuhnya tidak dilapisi lilin. Sedangkan ulat yang lebih besar berwarna putih kekuningan dan tubuhnya dilapisi lilin.
Pupa berada di dalam gulungan daun, berwarna kehijauan dan dilapisi lilin. Panjang pupa lebih kurang 6 cm dan mempunyai belalai (probosis). Siklus hidup di Bogor berkisar antara 5 – 6 minggu.
Tanaman Inang Lain
Tanaman pisang hias, pisang serat.

Pengendalian
• Cara mekanis
- Daun pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan
• Cara biologi
- Pemanfaatan predator seperti burung gagak dan kutilang
- Pemanfaatan parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda (Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria sp., dan Pediobius erionatae.




Lalat buah dapat berupa:
• Tephritidae, keluarga lalat buat ukuran besar
• Drosophilidae, keluarga lalat buah ukuran kecil, termasuk:
• Drosophila melanogaster, spesies yang biasa disebut "lalat buah", dan biasa digunakan sebagai model dalam biologi modern


Lalat Buah
Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Ordo : Diptera Famili : Tephritidae
Gejala
Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30-60%. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan.
Bioekologi
Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur kedalam kulit buah jeruk atau di dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari. Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah diisap dan dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa. Pupa berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, dada berwarna gelap dengan 2 garis kuning membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang. Lalat betina ujung perutnya lebih runcing dibandingkan lalat jantan. Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat buah yang mempunyai ukuran tubuh relatif kecil dan siklus hidup yang pendek peka terhadap lingkungan yang kurang baik. Suhu optimal untuk perkembangan lalat buah ? 26?C, sedangkan kelembaban relatif sekitar 70%. Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa. Kelembaban tanah yang sesuai untuk stadia pupa adalah 0-9%. Cahaya mempunyai pengaruh langsung terhadap perkembangan lalat buah. Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang, sebaliknya pupa lalat buah tidak akan menetas apabila terkena sinar.
Lalat buah paling banyak menyerang pada pamelo (Citrus grandis) dan sedikit yang menyerang jeruk manis (C. sinensis) maupun keprok (C. reticulata). Pada pamelo diidentifikasi sebagai B. carambolae dan B. papayae Pada pamelo serangan lalat buah kadang-kadang bersamaan dengan serangan penggerek buah Citripestis sagitiferella, sehingga agak sulit membedakan serangga tersebut. Hama ini banyak ditemukan di sentra-sentra produksi jeruk seperti di Sumatera Utara dan Jawa Timur.
Pengendalian
Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi adalah saat buah menjelang masak. Lalat buah dapat dikendalikan dengan berbagai cara mulai dari mekanis, kultur teknis, biologi dan kimia. Di alam lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator seperti semut, sayap jala (Chrysopidae va. (ordo Neuroptera)), kepik Pentatomide (ordo Hemiptera) dan beberapa kumbang tanah (ordo Coleoptera). Peran musuh alami belum banyak dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya petani yang mengendalikan hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan predator ini lebih rentan terhadap insektisida daripada hama yang diserangnya. Cara mekanis adalah dengan pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen terutama buah sotiran untuk menghindarkan hama tersebut menjadi inang potensial, akan menjadi sumber serangan berikutnya. Pengendalian mekanis juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan buah yang busuk atau sudah terserang kemudian dibenamkan kedalam tanah atau dibakar. Pembungkusan buah mulai umur 1,5 bulan untuk mencegah peletakan telur (oviposisi), merupakan cara mekanik yang paling baik untuk diterapkan sebagai antisipasi terhadap serangan lalat buah. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah (membalik tanah) di bawah pohon/tajuk tanaman dengan tujuan agar pupa terangkat ke permukaan tanah sehingga terkena sinar matahari dan akhirnya mati.
Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan senyawa perangkap/atraktan yang dikombinasikan dengan insektisida. Senyawa yang umum digunakan adalah Methyl eugenol. Caranya dengan meneteskan pada segumpal kapas sampai basah namun tidak menetes, ditambah dengan insektisida dan dipasang pada perangkap yang sederhana, modifikasi dari model perangkap Stiener. Alat perangkap terbuat dari dari botol bekas air minum mineral yang lehernya berbentuk kerucut atau toples plastik. Perangkap dipasang dekat pertanaman atau pada cabang atau ranting tanaman jeruk. Pemasangan dilakukan sejak buah pentil (umur ? 1,5 bulan) sampai panen. Pemberian cairan atraktan diulang setiap 2 minggu sampai 1 bulan. Setiap satu hektar dapat dipasang 15-25 perangkap.







Pengendalian Lalat Buah
Kamis, 06 Desember 2007 22:34:04 - Post By teguh
Category : Hama Dan Pengendaliannya
Lalat buah (Dacus sp.) merupakan hama yang menyerang tanaman buah mulai stadia buah masih muda dengan menimbulkan tingkat kerusakan yang parah saat buah menjadi matang.

Kerusakan yang timbul dimulai dari lalat buah betina yang siap bertelur menyuntikkan telurnya ke dalam buah muda. Perkembangan selanjutnya adalah menetasnya larva berupa ulat yang memakan daging buah dan bahkan terdapat lubang kecil sebagai tempat keluar dari ulat tersebut. Dengan demikian buah akan membusuk dari dalam dan rontok.

Langkah pengendalian yang paling mudah adalah dengan menjaga kebersihan sekitar tanaman buah ataupun kebun dengan membuang dan membakar sampah daun dan buah yang busuk, membungkus buah sejak dini yaitu saat telah menjadi buah kecil (fruit set) dengan menggunakan kertas koran, plastik, dan lain-lain. Namun langkah tersebut tidak mengurangi populasi lalat buah yang berkembang. Salah satu jalan adalah dengan menggunakan perangkap lalat buah yaitu Metil Eugenol. Metil eugenol merupakan feromon sintetis (buatan) atau hormon penarik (attractan) lalat buah jantan yang dipunyai lalat betina untuk mengadakan perkawinan.

Cara kerja penggunaan feromon ini adalah dengan meneteskan 0,5 - 1 ml hormon ini ke potongan kapas yang dibentuk gulungan kecil dan digantung dengan menggunakan kawat, selanjutnya pada kapas yang sama diteteskan secukupnya (0,2 - 0,5 ml) insektisida seperti Diazinon, Dursban, Supracide, dan lain-lain. Penempatan gulungan kapas ini diletakkan di suatu tempat berupa botol aqua plastik yang pada bagian dasar botol dibuat berlubang untuk ventilasi, sehingga bau metil eugenol dapat tercium dua arah. Lalat yang tertarik dan menempel di kapas beberapa saat akan mati setelah bersentuhan dengan campuran metil eugenol dengan insektisida. Dengan demikian populasi lalat jantan akan berkurang, sehingga berdampak dengan tingkat keberhasilan panen buah yang berkualitas.

Lalat Buah
Bactrocera dorsalis,
B. neohumeralis, B.
Nama umum : Bactrocera frauenfeldi (Schin.)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Sumber gambar : CABI
Lalat Buah : Bactrocera dorsalis, B. neohumeralis, B. pedestris
Famili : Tephritidae
Ordo : Diptera

Morfologi/Bioekologi

Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, diletakkan berkelompok 2 - 15 butir dan dalam waktu ± 2 hari. Telur yang diletakkan di dalam buah akan menetas menjadi 1arva. Seekor lalat betina mampu menghasilkan telur 1200 - 1500 butir.
Larva berwarna putih keruh atau putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva terdiri atas tiga instar, dengan lama stadium larva 6 - 9 hari.
Larva setelah berkembang maksimum akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan melenting dari buah dan masuk ke dalam tanah untuk menjadi pupa. Pupa berwarna coklat, dengan bentuk oval, panjang ± 5 mm dan lama stadium pupa 4 - 10 hari.
Imago rata-rata berukuran panjang ± 7 mm, lebar ± 3 mm dengan warna toraks dan abdomen antar spesies lalat buah bervariasi misalnya oranye, merah kecoklatan, coklat, atau hitam. Demikian pula sayapnya transparan dengan bercak-bercak pita (band) yang bervariasi merupakan ciri masing-masing spesies lalat buah. Pada lalat betina ujung abdomennya lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur, sedangkan abdomen lalat jantan lebih bulat. Secara keseluruhan daur hidup lalat buah berkisar ± 25 hari.
Hama lalat buah pada tanaman mangga banyak dijumpai di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Gejala serangan

Gejala awal pada permukaan kulit buah ditandai dengan adanya noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telurnya ke dalam buah. Selanjutnya akibat gangguan larva yang menetas dari telur di dalam buah, maka noda-noda tersebut berkembang menjadi bercak coklat di sekitar titik tersebut. Larva memakan daging buah, dan akhirnya buah menjadi busuk dan gugur sebelum matang.

Tanaman inang lain

Menyerang lebih dari 20 jenis buah-buahan, diantaranya belimbing, pepaya, jeruk, jambu, pisang, dan cabai merah

Pengendalian
Cara peraturan
- Menerapkan peraturan karantina antar area/wilayah/negara yang ketat untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari daerah endemis.
Cara kultur teknis
- Pencacahan tanah di bawah tajuk pohon yang agak dalam dan merata agar pupa yang terdapat di dalam tanah akan terkena sinar matahari dan akhirnya mati.
- Pembungkusan buah saat masih muda dengan kantong plastik, kertas semen, kertas koran, atau daun pisang.
• Cara fisik/mekanis
- Mengumpulkan buah yang terserang baik yang masih berada pada pohon maupun yang gugur, kemudian dibakar atau dibenamkan 60 – 70 cm dalam tanah agar larvanya terbunuh.
- Pengasapan di sekitar pohon dengan membakar serasah/jerami sampai menjadi bara yang cukup besar untuk mengusir lalat. Pengasapan dilakukan 3 – 4 hari sekali dimulai pada saat pembentukan buah dan diakhiri 1 –2 minggu sebelum panen.
• Cara biologi
- Penggunaan perangkap yang diberi umpan atau atraktan (misalnya Methyl Eugenol)
- Menurunkan populasi lalat dengan melepas serangga jantan mandul (steril) dalam jumlah yang banyak, agar kemungkinan berhasilnya perkawinan dengan lalat fertile di lapang menjadi berkurang.
- Pemanfaatan musuh alami antara lain Biosteres sp., Opius sp., (Braconidae), semut (Formicidae), laba-laba (Arachnidae), kumbang (Staphylinidae) dan cocopet (Dermaptera).
- Penanaman tanaman selasih di sekitar kebun.
• Cara kimiawi
- Dilakukan apabila dijumpai lalat buah dalam perangkap dan diulang setiap 4–7 hari sampai populasi turun
- Pemberian umpan semprot (bait spray), yaitu umpan protein yang mengandung ammonia dicampur dengan insektisida khlorfirifos atau malation.




Penggerek Buah (Citripestis sagitiferella Moore)

Ordo : Lepidoptera Famili : Pyrallidae
Gejala
Ulat menggerek buah sampai ke daging buah, sehingga terlihat bekas lubang yang mengeluarkan getah seperti blendok, kadang-kadang tertutup dengan kotoran. Bagian buah yang terserang biasanya pada setengah bagian bawah dan apabila serangan parah buah akan busuk dan gugur. Buah yang peka terhadap serangan hama ini berumur 2-5 bulan dari jenis jeruk besar, manis dan Navel orange maupun siam terutama yang ditanam di dataran tinggi. Jenis keprok relatif tidak disukai namun bukan berarti tidak dapat terserang.
Bioekologi
Stadium hidup yang berperan sebagai hama adalah larvanya. Kupu betina meletakkan telur secara berkelompok, tersusun seperti genting pada separuh bagian bawah kulit buah. Telur menetas dalam 5-7 hari. Ulat yang baru menetas berwarna kuning kemerahan panjang 2 mm, menjelang menjadi kepompong berubah menjadi hijau dengan panjang 16 mm. Ulat dewasa terbentuk dalam waktu 13-21 hari. Dengan perantaraan benang suteranya, ulat-ulat ini turun, masuk dalam tanah pada kedalaman 1-2 cm menjadi kepompong berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 14 mm. Setelah 10-11 hari berubah menjadi kupu-kupu dewasa. Kupu betina panjangnya 10-11 mm sedangkan kupu jantan 10 mm. Siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung 29-39 hari. Di Indonesia hama ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.
Pengendalian
Fase kritis tanaman dan saat pemantauan populasi adalah pada saat tanaman berbuah, buah-buah berumur 2 bulan dengan ukuran diameter mulai 5-6 cm. Serangan berlanjut sampai buah berumur 3 bulan dan menjelang masak fisiologis. Untuk mencegah peletakan telur sebaiknya dilakukan pembungkusan pada buah (jeruk besar), memetik buah jeruk yang terserang kemudian dibenam dalam tanah atau dibakar. Pengendalian cara ini biasanya dilakukan sekaligus untuk mengendalikan lalat buah dan puru buah. Pengendalian dengan insektisida dilakukan sebelum telur menetas yaitu saat buah umur 2-5 bulan sehingga larva yang baru keluar akan segera mati sebelum sempat menggerek. Di alam, populasi hama ini dikendalikan oleh parasit telur Trichogramma nana (16%). Pemanfaatan parasitoid ini dilakukan pada saat yang tepat dengan pelepasan dari hasil perbanyakan masal yang sudah banyak dilakukan.
Pengendalian Hama Penggorok Daun Liriomyza huidobrensis Pada Tanaman Kentang
Hama penggorok daun dapat menyebabkan kehilangan hasil pada tanaman kentang sebesar 34-45%. Langkah-langkah pengendalian secara terpadu yang dapat dilakukan adalah:
1. Penggunaan mulsa plastik dengan tinggi guludan 40 cm
2. Pemanfaatan musuh alami Hemiptar- senus varicornis, yang mampu menekan serangga hama sampai dengan 97,52%
3. Perangkap likat warna kuning khususnya untuk imago lalat pengorok daun sekaligus sebagai alat pantau perkembangan populasi hama tersebut
4. Insektisida selektif, baik insektisida sistetik maupun biorasional
5. Varietas resisten

Ulat Penggerek Bunga dan Puru Buah
Prays spp.
Nama umum : Prays citri Millière
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Yponomeutidae
Sumber gambar : CABI
Ulat Penggerek Bunga dan Puru Buah : Prays spp.
Famili : Yponomeutidae
Ordo : Lepidoptera

Morfologi/Bioekologi
Prays citri mempunyai telur dengan ukuran 0,1 - 0,2 mm, berwarna transparan, kuning muda atau kuning tua sesuai dengan umurnya.
Telur-telur ini diletakkan oleh induk betina pada malam hari secara terpisah pada kuncup bunga dan kadang-kadang pada buah muda.
Larva yang baru menetas berupa ulat masuk ke dalam bunga dan menggerek bunga dari bagian dalam. Kadang-kadang ulat juga masuk ke dalam kulit buah dan tetap tinggal dalam endokarpa sampai stadium pupa.
Ulat berwarna hijau muda dengan kepala coklat, panjang 5 mm. Stadium ulat berlangsung 3 minggu.
Pupa berwarna coklat, berukuran 5 - 5,5 mm, berada dalam bunga, kulit buah atau bagian-bagian tanaman yang tersembunyi. Stadium dewasa berupa kupu dan stadium ini keluar dari pupa dengan meninggalkan bekas puru di bagian tanaman tempat pupa tinggal.
Prays endocarpa mempunyai telur yang datar, berwarna hijau transparan, dengan diameter 0,4 mm. Telur-telur diletakkan secara berserakan di bagian kulit buah muda pada malam hari. Telur menetas 4 hari kemudian dan larva yang keluar berwarna hijau, kemudian nampak garis-garis melintang berwarna merah pada tubuh larva, ukuran panjang larva sampai dengan 5 - 7 mm. Ulat atau larva menggerek kulit buah jeruk serta hidup di dalamnya.


Kepompong berwarna merah abu-abu, panjang 4,5 - 5 mm. Pupa dapat ditemukan pada buah, atau lebih sering ditemukan pada ranting atau tepi daun. Siklus hidup dari telur hingga menjadi kupu-kupu dewasa berlangsung 29 hari.
Pada saat tanaman jeruk mulai berbunga, larva akan masuk ke dalam kuncup-¬kuncup bunga atau pada kulit buah-buah muda dan hidup di dalamnya.
Prays endocarpa Meyr. di Indonesia terdapat di Sumatera dan Jawa. Di luar negeri dilaporkan terdapat Eropa Tenggara sampai dengan Asia Tenggara antara lain Malaysia.

Gejala serangan
Prays citri terutama menyerang kuncup bunga jeruk manis atau jeruk besar yang belum mekar sehingga apabila buah berkembang, akan meninggalkan bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3 - 0,5 cm. Bunga-bunga yang terserang parah mudah rontok atau gugur. Infeksi sekunder sering terjadi melalui luka, menyebabkan buah muda gugur sebelum tua.
Prays endocarpa menyerang buah-buah muda dan meninggalkan bekas berupa puru-puru. Seiring dengan perkembangan buah, pada puru-puru tersebut terjadi lubang, menyebabkan buah berkualitas rendah. Buah-buah yang banyak diserang oleh ulat ini terutama dari jenis jeruk yang berkulit tebal seperti jeruk besar, jeruk manis, jeruk sitrun, dan grapefruit.

Tanaman inang lain
Belum diketahui, namun berbagai tanaman jeruk menjadi ianganya.
Cara pengendalian
1. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan secara teratur setiap 2 minggu.
2. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan mengumpulkan buah-buah muda yang menunjukkan puru dan memusnahkannya agar populasi tidak berkembang. Bunga-bunga yang terserang dan gugur dikumpulkan serta dimusnahkan.
3. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian tanaman yang terserang.



3) Ulat penggerek batang (Plocaederus feeeugineus L)

Gejala: mula-mula daun berubah warna menjadi kuning; lama-kelamaan
daun
akan gugur/rontok dan tanaman dapat mati. Pengendalian: (1) dengan
menangkap ulat penggerek tersebut; (2) dengan mengolesi sekitar
permukaan
batang/akar dengan larutan BMC 1-2% (20 gram/liter air).

4) Hama penggerek buah dan biji (Nephoteryx sp.)

Gejala: buah muda yang diserang hama ini akan berjatuhan dan kering,
sedang
buah tua isinya belum penuh. Pengendalian: belum didapatkan cara yang
tepat,
sebab larva instar yang jatuh terakhir dan menjadi pupa di tanah,
maka hama
dapat diberantas secara mekanis atau kimiawi, yaitu dengan
menggunakan
Karbaril 0,15%.




c. Penggerek batang (Melanagromyza sojae)
Lalat meletakkan telur pada tanaman muda, terutama yang berumur kurang dari 1 (satu) bulan. Juka serangan berat tanaman menjadi kerdil.
Hama-hama lalat kacang, lalat pucuk dan penggerek batang umumnya timbul pada saat cuaca kering dan didaerah dengan kesuburan tanah rendah.
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Hemimetabola serangga mengalami tahapan perkembangan sebagai berikut:
1.Telur
2.Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
3.Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.
Kelompok Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, kelompok Holometabola ini meliputi 6 ordo, yaitu ordo:
1. Neuroptera
2. Lepidoptera
3. Diptera
4. Coleoptera
5. Siphonoptera
6. Hymenoptera


Selengkapnya...

MASALAH GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA PERAIRAN

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma menjadi masalah sejak manusia mengusahakan pertanian. Gulma menyebabkan gangguan dan kerugian pada tanaman budidaya seperti halnya hama dan penyakit, namun gangguan akibat gulma timbulnya sedikit demi sedikit, tidak drastis atau spektakuler.Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Gulma adalah tumbuhan pengganggu, bisa berupa tumbuhan liar atau sisa-sisa tanaman budidaya yang sebelumnya ditumpangsarikan dengan tanaman utama. Keberadaan gulma bisa berakibat fatal bagi tanaman utama.Hal ini terjadi karena gulma memiliki daya kompetisi yang tinggi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya matahari, CO2, dan tempat tumbuh. Selain itu, gulma juga menjadi inang alternatif bagi serangga hama, penyakit dan nematoda tertentu.
Besar kecilnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya hasil tanaman pokok,jika dilihat dari segi gulmanya dapat ditentukan oleh kerapatan gulma, mcam gulma, saat kemunculan gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan lama keberadaan gulma.



Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama.
1.2 Tujuan
Dalam kesempatan kali ini kami akan menspesifikasikan pembahansan tentang gulma yaitu khusus pada perairan. Dengan tujuan yakni:
• Agar pembaca mengetahui apa saja yang termasuk pada gulma perairan.
• Agar kita mengetahui dampak negative dari gulma perairan.
• Agar kita mengetahui bagaimana cara pengendalian gulma pada perairan.
1.3 Identifikasi Masalah
Gulma pada perairan memang tidak berdampak langsung pada tanaman budidaya. Tapi secara tidak langsung gulma pada perairan dapat menimbulkan masalah yang cukup besar untuk tanaman, yaitu masalah dalam pengairan pada tanaman. Memang dampaknya begitu terasa ringan jika dibandingkan dengan gulma darat, tetapi jika gulma pada perairan dibiarkan akan berdampak tidak baik bagi ekosistem yang ada, khususya diperairan.
II. PEMBAHASAN
Air merupakan kebutuhan yang paling vital. Air memiliki kegunaan dalam fungsi konsumsi (minum, masak), irigasi, perikanan, pembangkit listrik, pelayaran, rekreasi dan lain-lain. Air sangat peka terhadap pencemaran. Keberadaan gulma di lingkungan perairan semakin lama akan menyebabkan adanya ledakan populasi gulma air tersebut. Hal ini dimungkinkan karena daya berkembang gulma air yang sangat cepat, apabila hal tersebut tidak segera mendapatkan perhatian yang lebih, maka gulma air tesebut dapat menimbulkan gangguan yang sangat merugikan.

- Sifat Tumbuh Gulma Air
Terdapat tiga sifat tumbuh dari gulma air, antara lain:
a. Sub merged : Hydrilla
b. Merged : Panicum repens, Scirpus spp.
c. Floating : Eichornia crassipes, Salvinia molesta

Salah satu kerugian dari gulma yang berhubungan dengan perairan yaitu gulma air mengurangi efesiensi sistem irigasi. yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes).
Eceng gondok atau tanaman dengan nama latin Eichhornia crassipes merupakan tumbuhan yang dapat mentolerir perubahan ekstrim dari ketinggian air, laju air dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium. eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
Eceng gondok berkembang biak secara vegetatif menggunakan stolon dan secara generatif menggunakan biji. Kemampuannya berkembang biak secara cepat dan daya tahan terhadap lingkungan yang sangat tinggi menyebabkan tanaman ini dapat berkembang dengan cepatnya.
Banyak sekali kerugian yang akan timbul dengan meledaknya pertumbuhan gulma ini salah satunya adalah terganggunya lalu lintas air dan juga pendangkalan sungai. Dengan meledaknya pertumbuhan gulma yang memenuhi sungai tentu menghalang transportasi jalur sungai. Karena eceng gondok yg tumbuh didaerah perairan tumbuh sangat subur. Tetapi banyak cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah ini, diantaranya adalah pembuatan briket dari eceng gondok yang dapat dijadikan salah satu alternatif bahan bakar untuk memasak.

contoh terganggunya transportasi jalur
sungai yang tumbuh subur diperairan.




Dampak negatif yang disebabkan oleh keberadaan gulma air antara lain:
1. Peningkatan kehilangan air.
Kehilangan air akan lebih cepat meningkat karena adanya peristiwa evapotranspirasi dari gulma air tersebut. Gulma air menyerap banyak air dari sungai ata tempat hidupnya.
2. Penurunan kapasitas waduk atau danau.
Di Rawa Pening, okupasi eceng gondok 10 % (250 ha) menurunkan kapasitas maksimal penyimpanan air sebanyak 0.5 – 2 % dari kapasitas maksimal 400 juta m3. Dengan penyerapan air yang luar biasa, dan transpirasinya yang cepat jelas itu akan membuat danau/ air tempar gulma itu hidup akan berkurang.
3. Halangan aliran air
Keberadaan gulma air juga dapat menurunkan debit air dari suatu kanal atau irigasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh kerapatan dan volume gulma air. Penurunan debit berkisar antara 10 – 90 %. Gulma perairan sangat melimpah dikarenakan oleh system reproduksinya yang sangat cepat. Dengan banyak gulma air yang begitu banyak, aliran air jadi tersumbat.
4. Interferensi dengan pelayaran
Adanya gulma air yang mengapung di jalur pelayaran dapat menghambat mobilitas kapal-kapal untuk melakukan pelayaran. Kerugian yang disebabkan adanya gulma air yang menghalangi jalur pelayaran, antara lain ialah :
a. Gulma air yang terbenam mengotori dan menggangu baling-baling kapal motor.
b. Akibat adanya pemblokiran eceng gondok di Sungai Nil, mobilitas kapal terhambat 1- hari. Kerugian yang diderita oleh Pemerintah Sudan pada tahun 70’an sebesar $ 1.5 juta /tahun.
5. Ancaman bagi pertanian dan kesehatan
Invasi eceng gondok yang terjadi di rawa pening meningkatkan serangan tikus (Rattus argentiventer). Tikus tersebut, selain menyerang tanaman padijuga membawa bibit penyakit Leptospirosis. Nyamuk Anopheles, Culex dan Mansonia yang menjadi vector malaria dan filariasis akan menjadikan gulma air sebagai inang.





6. Pengaruh terhadap perikanan
Gulma yang terapung seperti Lemna, Pistia, Salvinia dan Eichornia akan menurunkan kadar 02 dalam air dan mengurangi penetrasi sinar matahari, akibatnya fitoplankton terhambat pertumbuhannya sehingga populasi ikanmenjadi terhambat.
Contoh : Di Rawa Pening pada tahun 1931 terjadi penurunan produksi ikan
dari 124 kg/ha menjadi hanya 3.5 kg/ha karena permukaan danau tertutup
eceng gondok
7. Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dengan banyaknya gulma pada perairan, itu akan menimbulkan dampak negative yaitu salah satunya mengurangi efesiensi system irigasi, Karena aliran air tertutup oleh gulma.

Oleh karena segala dampak negative itu, maka keberadaan gulma harus di kendalikan. Dikendalikan bukan berarti harus dimusnahkan. Pemusnahan adalah jalan terakhir jika gulma itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Karena selain gulma itu memiliki segala dampak buruk, gulma pun (perairan khususnya )mempunyai sisi positif, yaitu :
1. Sebagai agen fitoremediasi. Beberapa gulma air memiliki kemampuan untuk menyerap logam- logam berat yang hasil dari limbah pabrik.
2. Beberapa gulma pun bisa dijadikan sebagai bahan kerajinan. Dengan populasi gulma yang begitu melimpah, itu bisa dijadikan oleh sebagian orang sebagai peluang usaha. Salah satunya digunakan sebagai kerajinan. Misalnya untuk membuat kursi, meja dll dari bahan gulma perairan.
3. Bisa juga digunakan sebagai pupuk organic.
4. Sebagai produsen primer. Sumber pangan bagi biofag-biofag air (biofag = pemakan makhluk hidup), hal tersebut menyebabkan keseimbangan ekologi perairan tetap terjaga.
5. Sebagai siklus zat makanan dan pemurnian air. kehadiran eceng gondok dapat bermanfaat untuk menurunkan dan memurnikan air dari pencemaran logam berat (Pb, Hg), metal-metal karsinogenik (Ni, Cd), pencemar organik (turunan fenol),dan limbah pertanian dan rumah tangga (pestisida, pupuk N dan P). Gulma Scirpus lacustricus, efektif untuk menyerap bakteri dan jasad-jasad renik yang lain serta sisa bahan organik di air sehingga dapat memurnikan air.


Peningkatan populasi gulma air erat hubungannya dengan :
1. Kepadatan populasi gulma air sangat penting dalam menentukan peranan vegetasi ini dalam ekosistem.
2. Satu individu eceng gondok dapat berlipat ganda dalam waktu 10 hari. Secara teoritis, seluruh permukaan air di bumi ini akan ditutupi eceng gondok dalam waktu 1 tahun 8 bulan. Tapi faktanya hal ini tidak pernah terjadi.

Jenis-jenis Gulma Air yang Penting

Nama Umum NAMA ILMIAH
Eceng gondok Eichornia crassipes (Mart) Solae
salvinia Salvinia molesta D.S. Mitchell
Selada air Pistia stratiotes L.
Hydrilla Hydrilla verticillata (L.F) Royle
Teratai Nelumbo nucifera Gaerth
Bulrush raksasa Scirpus grassus L.
Lempuyangan Panicum repens L.
Narrow leaf cattail Typha augustifolia L.
monochoria Monochoria vaginalis (Burm. T)
Cucullate salvinia Salvinia cucullata Roxb. ex Bory













- Pengendalian / Pengelolaan Gulma Air
Pengelolaan gulma air dapat dibagi menjadi tiga metode, yaitu:
A. Memanfaatan gulma air menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis bagi masyarakat, semisal:
• Pembuatan kompos dari eceng gondok.
• Pembuatan bahan kerajinan rumah tangga dengan menggunakan serat yang berasal dari batang eceng gondok.
• Menjadikan gulma air tersebut sebagai bahan baku kertas atau tekstil.
• Pembuatan pakan ternak.
B. Metode pengendalian jangka pendek
a. Metode Fisik
Metode ini dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan bantuan alat mekanis, seperti pengangkatan gulma air di waduk dengan eksavator, dan pemotongan pulau-pulau terapung di Rawa Pening. Hasil potongan tersebut kemudian diangkat ke darat.
b. Metode Kimia
Penggunaan herbisida sering kali menimbulkan tantangan sehingga perlu untuk dilakukan penelitian yang mendalam mengenai toksokologi atau tingkat racunnya, residu dari herbisida tersebut dan degradasi lingkungan yang disebabkan oleh herbisida, yang kesemuanya dapatmempengaruhi ekosistem di perairan tersebut.

Nama Herbisida Dosis kg/ha atau ppm Target
Ametryn 0.5 -1.0 kg/ha Eceng gondok,
Salvinia
Bromacil 20 - 40 kg/ha Panikum repens,
Dalapon 5 – 10 kg/ha Panikum repens,
Diquat 0.5 – 2 kg/ha Eceng Gondok,
Salvinia, Hydrilla
Dirron 20 – 40 kg Panicum repens,
Glifosat 1 – 2 kg Eceng gondok,
Algae, dll
Simazine 1 -5 ppm Ganggang
2.4 D 20 – 30 kg/ha Nelumbo spp
2.4.5 T 1 – 15 kg Mimosa pigra, dll



c. Metode Biologis
Menyangkut introduksi agen biotik ke dalam suatu areal. Agen tersebut dapat berupa serangga, tungau, pathogen, siput, ikan atau mamalia.
Contoh:
• Introduksi kumbang Agascicles hygrophyla untuk pengendalian gulma alligator (Alternanthera philoxeroides).
• Neochetina spp dan Alternaria eichorniae untuk pengendalian eceng gondok.
• Ikan Ctenopharyngodon idella untuk mengendalikan Hydrilla verticillata. Tetapi ikan tersebut juga memakan padi.
Pengendalian gulma secara biologi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain berupa binatang ataupun tumbuhan berderajat rendah hingga berderajat tinggi, misalnya: cendawan, bakteri, tumbuhan/tanaman berderajat tinggi, binatang/hewan ternak. Pengendalian biologi merupakan salah satu cara pengendalian yang dinilai cukup aman dan mempunyai beberapa keuntungan. Keuntungan dari pengendalin biologi tersebut adalah :
1. selektivitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru
2. organisme yang digunakan sudah tersedia di alam
3. organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan inangnya
4. dapat berkembangbiak dan menyebar
5. hama tidak menjadi resisten atau kalaupun terjadi sangat lambat
6. pengendalian berjalan dengan sendirinya

Eichornia crassipes (Martius) Solms-Laubach (Pontederiaceae)
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan gulma air di banyak negara yang menghambat aliran air, mencegah akses sampai kedalaman air. Sukses pengendalian biologi eceng gondok telah dicapai di beberapa negara sejak pertengahan tahun 1970an dengan agen Neochetina eichorniae (Curculionidae) telah diintroduksi ke Papua Nuigini pada tahun 1986 dan bersama N. bruchi telah mengendalikan eceng gondok di beberapa negara.
Selain eceng gondok (Eichornia crassipes) terdapat gulma air lainnya Salvinia molesta Mitchell. Salvinia molesta Mitchell merupakan gulma air yang memiliki karakteristik laju biaknya sangat cepat dengan sifat adaptasi yang tinggi di berbagai kondisi lingkungan, terutama pada air buangan aktivitas industri, limbah domestik, limbah pertanian dan kehutanan.Gulma air ini berkembang biak dengan rimpang dan potongan tanaman, dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi. Populasi akan menjadi dua kali lipat dalam 2.5 hari (Room et.al., 1984) yang akan membentuk lapisan tebal menutupi permukaan air dan dapat mencapai ketebalan 3 kaki. Keberadaannya pada permukaan perairan dapat mengakibatkan penurunan kualitas air, pendangkalan sungai, waduk, situ dan perairan lainnya, penyumbatan aliran air, penurunan debit air sungai yang berakibat menurunkan produksi budidaya ikan tawar di tambak-tambak, produksi pertanian, maupun pengurangan air baku untuk industri dan keperluan rumah tangga, serta penyebab polusi lingkungan dan sebagai sumber penyakit pada manusia.
Hanya saja pada pngendalian secara biologi ini memerlukan beberapa tahapan penelitian dan pengujian, memerlukan waktu yang panjang, dana yang besar pada tahap awal,
pengetahuan yang luas mengenai gulma dan musuh alaminya (sarana pengendalian/agen pengendalian biologi).














III. KESIMPULAN
Meskipun gulma air tidak menimbulkan kerugian secara tidak langsung terhadap tanaman. Namun apabila gulma perairan ini didiamkan saja atau tidak dikendalikan, maka gulma air akan menjadi suatu bencana yang cukup besar bagi pertanian. Dan gulma air ini memang harus dikendalikan, karena selain merugikan pada areal pertanian, gulma air ini juga sangat merugikan untuk aspek- aspek yang lain. Gulma perairan itu sebenarnya sangat menguntungkan jika ditempatkan pada tempat yang benar, atau kita benar benar bisa memanage nya dengan baik. Sama halnya dengan salah satu dari pengertian gulma itu sendiri yaitu, gulma adalah tumbuhan yang salah tempat. Itu berarti jika gulma itu tumbuh ditempat yang tepat, maka gulma itu bukan menjadi gulma lagi, malah jadi menguntungkan.













DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/37098/A86jum_abstract.pdf?sequence=2
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40418/2/BAB2_Perkembangan_Ilmu_Gulma.pdf
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/50569356?extension=pdf&ft=1300029574<=1300033184&uahk=BwvryGFXAQFlUTXCq6m09BoVWVk
http://www.linkpdf.com/download/dl/gulma-perairan-dan-strategi-pengendalian-pdf-free-download--.pdf
http://www.p2pnfisemarang.org/2010/e-learning/download/1122166026loenceng.pdf


DOWNLOAD DIBAWAH :
KLIK DIDIEU
Selengkapnya...

Kamis, 07 April 2011

Layu pada Tomat

Tanaman tomat merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta perlu modal dan keahlian yang cukup apabila ingin membudidayakannya. Hambatan utama yang sering ditemui prtani dalam membudidayakan tanaman tomat adalah serangan penyakit layu bakteri. Di Indonesia laporan tentang adanya penyakit ini sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu pada tahun 1921/1922 di daerah Madiun dan kediri Jawatimur (Van. Hall,1922,1923).Intensitas serangan penyakit ini bervariasi di tiap daerah. Di Jawa Timur dan Jawa Tengah intensitas serangan mencapai 6 % sedang di Lampung dan Jawa Barat intensitas serangannya dapat mencapai 27 % dan hampir 90 % tanaman yang di tanam di dataran rendah terserang penyakit ini. (Suhardi.1988). Patogen penyakit layu bakteri ini adalah Pseudomonas solana cearum ( E.F.Sm.) E.F.Sm.yang juga dikenal dengan nama Xanthomonas solanacearum (E.F.Sm)Dowson, Bakterium solanacearum (E.F.Sm.)E.F.Sm,dan Phytomonas solana cearum (E.F.Sm.)Bergey et al. Bakteri berbentuk batang dengan ukuran 0,5 X 1,5 mikron, tidak berspora, tidak berkapsula, bergerak dengan satu bulu cambuk (Flagellum) poler, aerob, Gram negatif.Koloni diatas medium agar-agar keruh, berwarna kecoklatan, kecil, tidak teratur, halus, mengkilat, kebasah basahan. Bakteri ini diketahui mempunyai banyak ras yang berbeda virulensinya

Disimpulkan bahwa yang terdapat di Indonesia adalah ras 1 dan ras 3. Ras 1 diisolasi dari tomat, kentang, tembakau ,kacang tanah, terung, dan beberapa spesies gulma umum yang terdapat di dataran rendah tropika.Ras 3 khusus menyerang tanaman kentang yang umum terdapat di dataran tinggi tropika (Hutagalung,1984).
Daur Penyakit
Bakteri penyakit layu ini mempunyai banyak tumbuhan inang, antara lain tomat, cabe, terung, tembakau , kacang tanah dan jenis tanaman terung terungan (Solanaceae). Bakteri ini dapat terangkut oleh air , melalui tanah dan alat-alat pertanian yang digunakan serta bibit yang di gunakan bila mengandung penyakit dapat juga menular kannya. Bakteri ini dapat menginfeksi bagian-bagian tanaman yang utuh yang berada dalam tanah dan proses infeksinya akan lebih cepat terutama pada bagian-bagian tanaman yang terluka. Bakteri mengadakan infeksi melalui luka, termasuk luka karena nematoda. Bakteri dan namatoda berinteraksi sinergistik. Bakteri dapat bertahan pada banyak tanaman pertanian (ex. Tembakau, cabai, kentang, dan kacang-kacangan). Pupuk kandang yang baru (belum masak) dapat membawa bakteri ke ladang Penyakit dibantu oleh suhu yang relatif tinggi, sehingga penyakit didataran rendah lebih berat.
Gejala - Gejala Serangan Penyakit
Gejala serangan penyakit layu bakteri ditandai dengan adanya daun yang layu dimulai dengan daun yang muda atau pucuk kemudian berlanjut pada seluruh bagian tanaman. Serangan ini biasanya mulai nampak pada waktu tanaman umur 6 minggu. Jika tanaman di cabut kemudian batangnya dipotong akan terlihat berkas pembuluh berwarna coklat dan apa bila ditekan dari lingkaran berkas pembuluh akan keluar massa bakteri yang berwarna ke abu-abuan . Batang tanaman cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga. Massa bakteri akan terlihat lebih jelas lagi apabila potongan batang tersebut dimasukan dalam air jernih dimana setelah batang tersebut dimasukkan beberapa menit kemudian akan terlihat benang-benang putih halus yang keluar dan bila digoyangkan benang tersebut akan putus. Benang-benang putih tersebut merupakan massa bakteri.
Usaha Pengendaliannya
Seperti kita diketahui bersama bahwa penyakit layu Bakteri ini merupakan penghuni tanah tetap (Soil inhabitat ) atau lingkungan air tawar dan air laut. Bakteri ini akan menginfeksi bagian tanaman yang utuh terlebih pada bagian yang luka akibat serangan nematoda. Seperti kita ketahui bersama, nematoda dapat berinteraksi sinergistik dengan bakteri Pseudomonas ssolanacearum dalam menyerang tanaman. Mencermati keadaan tersebut diatas maka usaha pengendalianya dapat dilakukan dengan beberapa upaya di antaranya:
1. Rotasi Tanaman
Dengan melakukan rotasi tanaman atau pergiliran tanaman yang tepat akan sangat membantu dalam usaha penanggulangan penyakit layu bakteri. Yang penting untuk diperhatikan adalah menghindari penaman tanaman yang merupakan inang alternatif bakteri dan membersihkan gulma disekitar tanaman terutama gulma-gulma yang merupakan inang alternatif bakteri.
2. Membuat Drainase
Membuat drainase yang baik terutama untuk tanah-tanah yang memiliki kondisi basah, yaitu dengan jalan dibuatkan saluran pengeluaran dan pemasukan air,sehingga pada saat berlebihan air dapat dibuang melalui saluran pembuangan dan sebaliknya pada saat tanaman membutuhkan air dapat dimasukan kedalam saluran pemasukan. Drainase yang baik dapat mengurangi intensitas serangan penyakit layu bakteri, sebab lingkungan tanaman akan dapat dikontrol kelembabannya.
3. Menanam Benih Yang Sehat Dan Tahan
Dengan menanam benih yang sehat dan tahan terhadap penyakit layu tanaman akan terhindar dari penyakit tersebut. Tetapi yang menjadi masalah adalah, bahwa benih- benih yang tahan terhadap serangan penyakit layu saat ini ketersediaanya belum memadai dan di samping itu kalaupun ada jumlahnya masih sangat terbatas.
4. Penggunaan Bakterisida
Pengendalian dengan menggunakan bakterisida saat ini banyak digunakan oleh petani, karena dirasakan paling efektif dan mudah.Penggunaan bakterisida biasanya menggunakan Agrimycin 1.5 WP yang merupakan campuran antara Streptomycin dan Tetracyclin. Penggunaanya biasanya dengan cara mencelupkan bagian akar sebelum ditanam kedalam larutan Agrimycin 1.5 WP serta mengocor pangkal batang tanaman setelah tanaman di tanam dengan menggunakan larutan Agrimycin 1.5 WP. Selain itu ada kebiasaan petani tomat didaerah Malang yang bisa dicontoh oleh petani tomat didaerah lain dalam mencegah serangan penyakit layu bakteri sekaligus layu Fusarium, yaitu dengan cara menyiram pangkal batang dengan larutan Kocide 77 WP konsensentrasi 5 gram per liter dengan ukuran 200 ml per tanaman.

2. Layu Fusarium (Fusarium oxysporium f.sp. lycopersici)
Gejala
• ¬Gejala pertama adalah menjadi pucatnya tulang-tulang daun, terutama daun-daun sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya tanaman menjadi layu secara keseluruhan.
• ¬Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun2 sebelah bawah.
• ¬Tanaman menjadi kerdil dan merana tumbuhnya.
• ¬Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan kuku atau pisau akan terlihat cincin coklat dari berkas pembuluh.
• ¬Pada tanaman yang masih muda, penyakit dapat menyebabkan tanaman mati mendadak.

Penyebab Penyakit : Fusarium oxysporium (Schlecht) f.sp. lycopersici (Sacc.)Snyd et
Bentuk
• Miselium bersekat dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar yang mengandung ekstrak sayuran.
• Mula-mula miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem, akhirnya koloni tampak mempunyai benang-benang berwarna oker.
• Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora.
• Jamur membentuk makrokonidium bersel, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4 µm.
• Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm.
• Fox f.sp lycopersici mempunyai banyak ras fisiologi (ex. Ras 1 dan ras 0) dan 2 galur (galur putih dan ungu).
Sehingga mempersulit usaha untuk memperoleh jenis tomat yang tahan.

Daur Hidup
¬ Dapat bertahan dalam tanah.
• Jamur mengadakan infeksi pada akar, terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh.
• Pengankutan air dan hara terganggu menyebabkan tanaman menjadi layu.
• Jamur menghasilkan likomarasmin ® menghambat permeabilitas membram plasma.
• Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu udara lembab jamur akan membentuk spora yang berwarna ungu pada akar yang terinfeksi.
• ¬Jamur dapat memakai bermacam luka untuk jalan infeksi.
• ¬Jamur dapat tersebar karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau air, atau oleh alat pertanian.
Faktor yang mempengaruhi :
• ¬Penyakit berkembang pada suhu tanah 21-33 oC. Suhu optimum 28 oC.
• ¬Kelembaban tanah yang membentu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit.
• ¬Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin kalium.
Pengendalian :
1. Penanaman jenis tomat yang tahan (ex. Ohio MR 9 dan Walter).
2. Fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan, tetapi pencelupan akar dgn benomyl memberikan hasil yang baik.
3. Penggunaan mulsa

DAFTAR PUSTAKA
http://www.tanindo.com/abdi3/hal3001.htm,
http://www.blogger.com/feeds/1676290032597332469/posts/default , Wilhelmina Rumahlewang, SP,MP. KLINIK TANAMAN


Selengkapnya...